Se-excited apa kalian menunggu part ini?😳
Fyi, aku sebenernya gak suka kalau dipaksa-paksa harus gini, harus gitu. Kalau kalian pengen alur sesuai keinginan kalian, silakan bikin cerita sendiri🙂
And than, aku bikin cerita bukan sekadar untuk menyajikan ke-uwu-an semata, tapi juga buat berbagi pembelajaran hidup sama kalian.
Gak ada sad end, gak ada happy end. Cerita ini dibuat dengan apa yang kerap terjadi di dunia nyata. Mau sad mau happy, intinya yang terpenting itu pembelajaran yang bisa kalian ambil dari cerita ini.
Shenatalia Feriska. Nama itu tak lagi asing untuk kudengar setelah kepindahannya ke SMA Garuda beberapa tahun yang lalu.
Pertemuan pertama kami bukan di sekolah. Aku melihatnya di hari pertama ia pindah ke rumah di sebrang rumahku. Dalam artian lain, kala itu dia tetangga baru di komplek perumahanku.
Tidak ada perkenalan, hanya saling lempar senyum sekilas, lalu dia memasuki rumahnya. Setelah itu, aku diberondongi oleh ocehan Arvela yang mengatakan, kalau kami mengenal Shena---jauh sebelum pertemuan di hari itu.
"Gue gak kenal, La. Liat mukanya aja baru sekarang," kataku kala itu.
"Ish! Dia tuh anak kecil yang dulu pernah pinjemin gue sapu tangan. Masih inget gak? Waktu kita ziarah ke makamnya Lexa." aku benar-benar tidak faham, bagaimana Arvela masih mengingat gadis kecil yang pernah membantunya saat mereka masih sama-sama balita. Dan, entah bagaimana ia bisa langsung menebak kalau Shena-lah orangnya.
"Ngaco!"
"Serius! Inisial namanya sama kayak yang tertulis di sapu tangan. Di ujungnya ada jahitan bentuk lolipop juga. Katanya, Shena suka permen lolipop. Gue juga masih inget, dulu gue pernah liat dia lari dalam keadaan tali sepatunya gak keiket. Tadi Bunda-nya ngomelin dia, katanya gak bisa ngiket tali sepatu. And last, dia punya sapu tangan yang mirip sama yang ada di gue." pening. Aku hanya mengangguk-angguk saja. Pura-pura mengerti, dari pada dia akan semakin ngoceh panjang lebar. Karena sungguh---kala itu---aku benar-benar tak tertarik untuk membahasnya. Toh, yang memiliki urusan dengan gadis kecil itu Arvela, bukan aku.
Setidaknya, itu yang aku pikirkan. Sebelum, Arvela mengatakan hal yang tak terduga.
"Kalau gue jodohin lo sama dia, mau gak?"
"Jangan ngadi-adi ya, Vel!"
"Gak gitu, dengerin dulu! Dulu, Mama pernah bilang gini, 'nanti kalau jodoh, pasti ketemu lagi'. Nah, kalau ternyata Shena itu pemilik sapu tangannya, berarti dia jodoh lo dong. Perkataan orang tua itu mujarab, loh." aku menggeleng tak habis fikir. Bingung dimana sebenarnya letak otak Arvela.
"Yang ditolongin kan, lo. Masa gue yang kecipratan?" elakku.
"Kan lo kembaran gue. Gak mungkin juga gue yang deketin Shena. Berarti lo dong. Lagi pula, kesan pertama gue ketemu Shena tuh udah beda. Entah kenapa ..., gue ngerasa Shena pantas jadi bagian keluarga Gadriana, jadi menantu keluarga Albert yang selanjutnya. Iya, gak?" aku masih ingat bagaimana telapak tanganku meraup gemas wajah cantiknya Arvela.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVELO (Want You With Me)✔
Teen Fiction(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!) =Proklisi Series= ARVELO 'There are so many people you want to be with me' 🍭🍭🍭 Sejak kepindahanku yang terjadi atas permintaan Bunda, duniaku seolah berubah. Semesta mempertemukanku dengan orang-orang baru yang m...