-Arvelo'24

2.8K 307 188
                                    

🍭🍭🍭

"Kalau gitu, sekarang kita pacaran, mau?"

Seketika lututku lemas. Bahkan sebelah tanganku sudah bertengger di tembok untuk menahan agar tubuhku tak benar-benar luruh atau berakhir terduduk di marmer.

"Bang Velo nembak aku bukan disuruh Bang Eza 'kan?" Elle bertanya dengan nada suara lembut khasnya. Anggun dan tak dibuat-buat.

"Gak ada yang nyuruh. Ini keputusan dari gue sendiri," jawab Arvelo. "Jadi, gimana? Mau?"

Anggukan kepala Ellena bersamaan dengan kedua tungkaiku yang kuseret paksa untuk pergi menjauh dari radar keduanya.

"I like me better when I'm with you."

"I like me better when I'm with you."

"I knew from the first time, I'd stay for a long time, 'cause."

"I like me better when, I like me better when I'm with you."

Kulewati sahabat-sahabatku yang sedang bernyanyi-nyanyi ria ditemani alunan chord si gitaris Gilang Anugrah.

Sesuai rencana yang sudah disusun saat hari pembagian raport waktu itu. Malam ini kami berkumpul di halaman belakang rumah milik keluarga Gadrian yang tak bisa dibilang sempit. Tiga buah tenda sudah berdiri sempurna dengan posisi melingkar, mengelilingi drum berbahan kaleng yang memiliki tinggi sekitar satu meter dengan bahan bakar api unggun yang tersedia di dalamnya.

Kemeriahan perayaan pergantian tahun malam ini mendadak terasa hambar. Aku memilih masuk ke tenda yang di dalamnya sudah terpasang karpet berbulu hasil curian Kak Rhea dari kamar Kak Vela. Kepalaku yang sedikit pening kujadikan alasan untuk bisa beristirahat sejenak.

Belum sampai satu jam yang lalu, aku masih baik-baik saja. Ikut menikmati api unggun sambil bernyanyi riang bersama yang lainnya. Namun, semua mendadak berubah sesaat setelah aku menyaksikan secara live di mana orang yang kusukai meminta seseorang untuk menjadi kekasihnya

Ada sakit yang tak bisa kujelaskan lewat kata.

Ada harapan yang hancur begitu saja.

Kata orang, kalau kita jatuh cinta, kita juga harus siap untuk terluka. Tapi, aku tak pernah tahu bahwa lukanya akan sesakit ini.

Arvelo sudah menghancurkan semuanya dalam sekejap. Aku tak pernah tahu jalan pikiran cowok itu. Aku tak pernah tahu apa maksud dari semua perlakuannya selama ini. Kalau memang dia menyukai orang lain, kenapa juga dia harus bersikap sebaik itu padaku? Bersikap seolah-olah dia juga memiliki rasa yang sama sepertiku?

Ah, tidak. Mungkin ini bukan salahnya, ini salahku. Dia tak pernah memberiku harapan, aku saja yang salah mengartikan kebaikannya.

Tak ada yang kusesali dari mencintai sosok Razriel Arvelo Gadriana. Yang kusesali hanya satu, kenapa aku harus melenceng dari prinsip hidupku dengan ber-ekspektasi terlalu tinggi akan sesuatu yang belum tentu kumiliki.

'Jangan berekspektasi atau berharap terlalu tinggi atas sesuatu yang belum terjadi. Karena ekspektasi terlalu tinggi, hanya akan membuat kita benci pada realita yang terjadi.'

Itu adalah prinsip hidup yang sudah tertanam dalam diriku. Namun, hancur begitu saja oleh perhatian kecil Arvelo yang selama ini kusalah artikan.

Wajar kalau aku masih bego dalam urusan cinta. Tak ada cowok yang berhasil menarik perhatianku, sebelum Arvelo hadir dengan semua hal yang selalu melibatkannya dalam hidupku. Dan untuk pertama kalinya, dia membuatku jatuh cinta pada sosok laki-laki, selain Ayah dan adikku.

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang