Seorang Arga Septian ternyata lebih manja dari perkiraanku. Lihat saja bagaimana cowok itu menghadiahi kami dengan aksi ngambek hanya karena aku dan Arvelo telat lima menit dari yang ia jadwalkan.
"Sep!" aku hanya memperhatikan bagaimana cara Arvelo membujuk sahabat termanjanya tersebut.
"Gak usah manggil-manggil. Kalian pulang aja sono!" balas Asep dengan posisi telungkup dan wajah tersembunyi di bantal.
"Kalau kita balik, yang ada lo sebulan ngambeknya. Udah, ah! Manja banget lo. Bangun, Asep!" dengan wajah penuh keterpaksaan cowok berkaos cokelat tersebut mengubah posisinya menjadi telentang. Dia langsung menatapku dengan wajah cemberut.
Sebelah alisku terangkat. "Kenapa?"
"Bawa makanan gak? Gue laper," jawabnya.
Rasanya aku ingin mencubit bibir mengerucut Asep. Dia benar-benar seperti anak kecil.
Beranjak ke dapur kontrakan Asep merupakan hal yang kulakukan selanjutnya. Menyiapkan makanan yang kami bawa ke piring, lalu kembali menemui kedua cowok yang sedang berbincang tersebut. Lebih tepatnya, Arvelo memarahi Asep karena sikap manjanya.
"Lo juga manja banget kemarin pas demam. Nempel-nempel mulu sama Shena. Gak mau ditinggal sampe Shena nginep," cerocos Asep.
Kulihat Arvelo baru saja membuka mulut hendak membalas namun, lebih dulu kusela dengan sodoran nampan berisikan piring dan gelas.
Lebih baik begitu dari pada perdebatan mereka merembet ke mana-mana.
"Shen, pengen disuapin," rengek Asep. Tidak lupa cowok itu bangkit dari posisi berbaringnya, dibantu oleh Arvelo.
"Ngelunjak." cowok berjaket kulit hitam tersebut membalas sinis.
Dengan helaan nafas kasar aku duduk di sisi ranjang Asep. Keningku mengerut bingung tat kala Arvelo mengambil alih piring yang ada di nampan.
"Gue aja, Shen," katanya. Kubalas dengan anggukkan kecil.
"Takut banget Shena-nya gue ambil, Bang?" cibir Asep.
Cowok yang dicibirinya tidak membalas, melainkan mulai menyendokan nasi dan menyodorkannya ke depan mulut Asep.
"Buruan! Sebelum gue sumpelin sama piring-piringnya," gertak Arvelo.
Aku rasanya ingin tertawa melihat wajah masam Asep. Apalagi saat cowok itu menatapku seolah minta pembelaan.
Dengan kedikkan bahu singkat, aku beranjak menuju kursi belajar Asep. Tidak lupa menaruh gelas berisi air putih dulu di nampan ke nakas samping tempat tidurnya.
Mereka berdua itu seperti ayah dan anak. Melihat bagaimana Arvelo dengan telatennya menyuapi Asep membuat dadaku berdesir hangat.
"Gitu banget liatinnya, Shen? Velo udah cocok ya, jadi Ayah dari anak-anak lo nanti?" aku merutuk kesal. Bagaimana juga cowok itu bisa membaca isi pikiranku---eh!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVELO (Want You With Me)✔
Novela Juvenil(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!) =Proklisi Series= ARVELO 'There are so many people you want to be with me' 🍭🍭🍭 Sejak kepindahanku yang terjadi atas permintaan Bunda, duniaku seolah berubah. Semesta mempertemukanku dengan orang-orang baru yang m...