-Author's confession

2.3K 115 14
                                    

Hallo semuanya!!!

Terimakasih sudah membaca cerita ARVELO (WYWM) dan ngikutin setiap langkah cerita Shena dan Velo.

Revisi cerita ini udah fiks kelar, ya. Revisi lagi nanti kalau terbit. Xixi. Aamiin-in dulu.

Tapi, jujur untuk sekarang, seandainya pun ada lagi penerbit yang minang cerita ini, mungkin aku belum bakal ambil keputusan buat terbitin cerita ARVELO. Why? Aku pengen mantengin cerita ini sampai pembacanya ratusan ribu atau bahkan jutaan (insyaallah) seperti cerita Just A Game dulu.

Anyway, di sini aku mau cerita-cerita sedikit tentang perjalanan aku nulis cerita ARVELO dan apa sih yang bikin aku terinspirasi untuk menciptakan cerita ini?

Jadi, akutuh sebenernya tipe yang melakukan sesuatu dengan serba dadakan. Pun sama dengan cerita Arvelo yang diciptakan secara mendadak. Mendadak nemu ide, nemu judul, dan nemu alur.

Awalnya, aku terinspirasi dari cerita Alastair Owns Me. Aku sebutin aja judulnya biar kalian bisa baca karena ini salah satu cerita yang aku suka banget. Cerita karya Nisaaftm yang satu ini pake sudut pandang orang pertama gais, dan ceritanya tuh ringan tapi menyentuh gitu, loh.

Jadi, singkat cerita setelah baca setengahnya cerita itu, ide-ide mulai bermunculan di kepala aku. Wah, kayaknya mencoba keluar dari zona nyaman gak papa kali, ya? Sampai akhirnya, aku berani buat bikin cerita dari sudut pandang orang pertama.

Tapi, kenyataannya yang terlihat sederhana tidak selalu mudah. Di tengah-tengah aku bener-bener dibikin blank, apalagi pas karakter yang aku buat mendapat tekanan dan hujatan dari sana-sini. Aku seneng sih, itu artinya aku sukses menyatukan pembaca dengan alur yang aku buat. Tapi, di sisi lain aku jadi kalut sendiri. Aku mikir gini,

"Kalau pembaca udah benci sama karakter ini, sebaik apapun nanti aku memperbaiki karakter tersebut mereka tetep bakal kebawa-bawa kesel."

Di situ aku bener-bener berpikir keras, gimana caranya bikin tokoh Arvelo ini terkesan jahat, tapi juga baik. Yang jadi permasalahan terbesarnya adalah aku menggunakan sudut pandang Shena, yang dimana di situ aku gak bisa ngejelasin keadaan Arvelo sebenernya.

Dari situ aku udah bener-bener berat banget buat nulis. Entah kalian percaya atau enggak, tapi aku pernah nangis saking capek dan bingungnya. Kepikiran buat unpublish pun pernah. Tapi, dengan semangat dari kalian akhirnya aku bisa menyelesaikan cerita ini🙂

Dari cerita ini aku belajar banyak, sih. Entah itu tentang kisah di dalam ceritanya, atau proses di balik pembuatannya.

Dari proses itu aku sadar, apa yang terlihat sederhana memang tidak selalu mudah. Malah terkadang lebih rumit prosesnya.

Contohnya aja make up. Make up natural yang terlihat sederhana itu lebih rumit prosesnya. Karena itu bukan tentang tebal tipisnya make up yang dipakai, tapi tentang bagaimana si penata rias pandai membentuk look natural-nya.

Sama, membuat sebuah karya juga begitu. Cerita ini dibacanya doang ringan, tapi prosesnya gak seringan yang dibayangkan. Butuh riset dan pemikiran yang realistis untuk bisa menulis cerita ini dengan apik.

Itu tentang bagaimana aku mengesampingkan imajinasi tinggiku untuk menyesuaikan dengan realita yang coba aku angkat di cerita ini. Jujur gak mudah. Apalagi aku takut ada pendapat-pendapat tak mengenakan untuk dibaca oleh kalian.

Aku sadar, setiap pemikiran orang berbeda-beda. Setiap kisah manusia yang hidup di dunia ini berbeda-beda. Itu kenapa aku berusaha agar apa yang aku tulis bisa kalian fahami dengan mudah. Tanpa berniat menyinggung atau membuat kalian ngerasa gak nyaman.

Dan sejauh ini, aku bersyukur karena gak ada yang ngasih komplen atau tersinggung dengan kata-kata ku. Jujur aku takut banget:'

Oh iya, cerita ini dibuat karena aku pengen berbagi pembelajaran sama kalian. Khususnya para remaja yang sedang mencari jati diri dan arti kehidupan yang sesungguhnya.

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang