🍭🍭🍭
Setelah menyuruhku bersiap-siap, hingga terpaksa meninggalkan tugas menyiram tanaman dari Bunda, Kak Vela membawaku ke rumahnya.
Entah apa motivasi cewek itu hingga memintaku untuk ikut masuk ke vlog terbaru yang akan dibuatnya. Tentunya, setelah itu akan ia apload di channel youtube-nya.
Aku sebenarnya ingin menolak, namun tak enak. Jadi, tak apalah. Itung-itung lari dari tugas Bunda yang selalu membuatku malas tiap weekend. Yaitu, menyiram tanaman-tanaman hias milik wanita tersebut.
"Lo tunggu di sini dulu ya, Shen. Gue mesti nyeret sopir kita dulu." setelah mengatakan itu, Kak Vela masuk ke rumah. Sedangkan aku menunggu di basement yang berisikan tiga mobil dan satu motor.
Dari merk ternama yang terbaca olehku saja, sudah dipastikan jejeran kendaraan itu memiliki harga fantastis.
Rumah berlantai dua milik keluargaku termasuk kecil di komplek ini. Berbanding terbalik dengan rumah keluarga Kak Vela.
Setahuku, rumah keluarga Gadriana ini adalah rumah terbesar di komplek tempat tinggalku. Rumahnya dominan warna abu muda, dengan model sederhana, walaupun fasilitasnya tidak sesederhana yang terlihat.
"Vel, buruah dong! Lo lelet banget deh."
"Gue males, La. Sumpah! Gue mau tidur lagi."
Suara ribut itu berhasil menarik perhatianku.
Kulihat Kak Vela sedang berusaha menarik Arvelo.
Kentara sekali cowok itu baru bangun tidur. Wajah serta rambut acak-acakan sebagai bukti. Jangan lupakan tubuhnya yang hanya berbalut boxer dan kaos hitam yang mecetak pas tubuh atletisnya.
"La, sumpah deh, gue ngantuk. Lo minta anterin sopir aja, sana!"
Sepertinya benar dugaanku. Kak Vela memaksa Arvelo untuk mengantar kami.
"Ih, sekali-sekali lo ikut ngonten. Gak papa deh lo megang kamera aja."
"Bilang aja asisten lo lagi cuti."
"Nah, itu lo tau. Lo jadi kameramennya hari ini."
Segala macam bujukan diucap Kak Vela agar Arvelo mau ikut dengan kami. Sampai akhirnya, mungkin karena lelah, cowok itu meng-iya-kan permintaan kembarannya tersebut.
"Gue ganti baju dulu."
Bibir Kak Vela mencetak senyum puas. Cewek itu lalu menghampiriku setelah memastikan bahwa Arvelo tidak akan kabur.
"Jadi, sopir yang lo maksud ..., Arvelo?" tanyaku.
Dia mengangguk tanpa beban.
Aku benar-benar merutuk. Tahu begini, kutolak saja tadi ajakan Kak Vela. Sungguh, aku tidak siap jika harus berlama-lama di dekat Arvelo. Selain karena ocehan memalukan Bunda waktu itu, aku juga selalu kikuk jika berada satu ruang dengannya.
"Ayo!"
Kami kompak menoleh.
Ternyata Arvelo sudah kembali dengan pakaian yang telah digantinya. Cowok itu saat ini memakai jeans hitam, kaos putih, jaket berbahan kulit warna hitam dengan gambar kepala harimau di belakangnya, dan sneakers putih. Dadaku sempat mencelos ketika tak sengaja membaca merk ternama yang tertulis di salah satu bagian jaket yang dikenakannya.
"Mandi gak lo?"
"Gue sama lo masih duluan gue ya, bangunnya. Sebelum ke masjid juga gue mandi dulu," balas Arvelo.
Untuk yang ke dua kalinya, cowok itu membuat dadaku mencelos. Aku jadi berpikir, jika memang tidak ada manusia sempurna di dunia ini, maka sebenarnya apa yang menjadi kekurangan seorang Razriel Arvelo Gadriana?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVELO (Want You With Me)✔
Teen Fiction(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!) =Proklisi Series= ARVELO 'There are so many people you want to be with me' 🍭🍭🍭 Sejak kepindahanku yang terjadi atas permintaan Bunda, duniaku seolah berubah. Semesta mempertemukanku dengan orang-orang baru yang m...