-Arvelo'23

3K 321 105
                                    

🍭🍭🍭

Kaget rasanya saat Bunda keluar dengan mengatakan bahwa aku mendapat ranking satu di kelas. Wanita itu tak melunturkan senyum dan langsung memelukku saking bangganya.

Tidak ada yang lebih bisa membuatku bahagia dari melihat senyum serta air mata harunya Bunda karenaku.

Kembali kuhampiri wanita itu yang sedang mengobrol dengan Tante Dhania di koperasi. Keduanya tampak berbincang akrab yang otomatis membuatku melebarkan senyum.

"Hallo, Tan!" sapaku pada wanita berjilbab cokelat tersebut.

Tante Dhania menerima uluran tanganku dan tersenyum lembut. Tidak lupa dia mengucapkan selamat untukku.

"Arvelo sama Kak Vela nilainya gimana, Tan?" tanyaku.

"Velo dapet ranking empat. Kalau Vela belum tahu. Yang ambil raport dia Papa-nya," jawab Tante Dhania. Kubalas dengan anggukan kecil dan menitipkan ucapan selamat untuk Arvelo.

Bunda dan Tante Dhania kembali melanjutkan perbincangan mereka, sedangkan aku memilih bermain ponsel untuk mengusir rasa bosan.

Leo(singa):
Shen, sini k tmn!
Kta lgi ngmpul. Mau bhas mlm thn baruan.

Pesan dari Leo langsung membuatku beranjak. Tidak lupa pamit lebih dulu pada Bunda dan Tante Dhania.

"Nggak kok, Bi. Abi mah gak percayaan banget sama Arga."

Mataku menyipit tat kala mendapati Asep, Gilang, Arvelo, dan Randi sedang berkumpul di koridor kelas sepuluh.

Tanpa sadar tungkaiku bergerak menghampiri mereka. Randi langsung merangkulku saat sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Velo, apa benar yang dikatakan Arga? Dia gak macem-macem selama di sini?"

Arvelo mengangguk mantap saat laki-laki paruh baya di depan kami bertanya padanya. Sepertinya beliau adalah Abi-nya Asep. Terbukti dari tutur kata lembut dan penampilannya yang persis seperti kiyai atau ustaz-ustaz pada umumnya.

"Assalamualaikum, Abi!" sapaku sesopan mungkin.

Laki-laki itu tersenyum ke arahku. "Waalaikumsalam. Temannya Arga juga?"

"Iya, Abi."

Abi mengangguk diselingi senyuman lembut yang otomatis membuatku ikut tersenyum.

"Kalian ini tidak ada yang merokok 'kan?" tanya Abi pada empat remaja laki-laki di depannya.

"Enggak, Abi. Bisa dikerad Velo leher kita kalau berani ngerokok." jawaban Gilang membuat mataku kontan melirik ke arah Arvelo.

Kenapa cowok itu memiliki begitu banyak sisi mengagumkan, sih? Sudah tampan, pintar, shaleh, bertanggung jawab pula.

"Kamu mau ikut Abi pulang besok?"

"Mau dong, Abi. Tapi minggu depan Arga balik ke sini lagi. Mau tahun baruan sama mereka. Tahun depan belum tentu bisa tahun baruan bareng. Randi sama Velo 'kan mau pindah ke Amerika."

Kenapa juga Asep harus mengingatkanku pada fakta yang satu ini?

Aku sudah tahu kalau Arvelo dan Randi akan melanjutkan kuliah mereka di Amerika. Asep juga akan kuliah di Bandung sambil membantu mengurus pondok pesantren milik Abi-nya. Sedangkan Gilang, Leo, dan Eza katanya belum tahu akan lanjut kuliah dimana. Kalau Kak Vela dan Kak Rhea sudah sepakat akan sama-sama melanjutkan di Indonesia, walaupun beda kota karena Kak Rhea memilih kuliah di Yogyakarta.

Belum terjadi saja, dadaku rasanya sesak sekali. Apalagi kalau nanti mereka sudah benar-benar lulus dari SMA Garuda? Pasti akan sangat susah berkumpul lagi seperti yang sering kami lakukan sekarang

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang