Tekan bintang dulu coba;v
Hari ini adalah hari terakhir kelas dua belas disibukkan oleh ujian dan segala macamnya. Aku dibuat terkekeh oleh helaan nafas lega Kak Vela dan Kak Rhea yang terkesan berlebihan. Juga, kelakuan sahabat-sahabat laki-lakiku yang berteriak heboh sepanjang koridor.
Dengan jersey basket yang melekat pada tubuh berkeringatku, aku menghampiri mereka dan mengucapkan selamat. Kak Rhea dan Kak Vela memelukku secara bersamaan lalu, saat Gilang hendak ikut-ikutan, sebelah telinganya ditarik oleh Arvelo. Dan itu sukses membuat tawaku pecah.
Ada rasa haru, turut bahagia, dan juga sesak. Membayangkan sebentar lagi aku tak akan menemukan mereka berkeliaran di SMA Garuda benar-benar membuat kedua mataku memanas. Siap tidak siap, aku harus menerima ketika harinya telah tiba.
"Jangan sedih gitu mukanya. Tahu kok, kita emang ngangenin," ujar Asep yang kutanggapi dengan bibir mengerucut.
Dia terkekeh sambil meraup wajahku sekilas.
"Jangan bandel-bandel ya, Shen. Kalau ada yang gangguin, lapor aja sama anak Proklisi. Jangan keseringan pulang sendiri kalau abis ekskul, kalau bisa minta jemput aja. Hobby kesandungnya dikurangin. Belajar ngiket tali sepatu yang bener mulai sekarang." penuturan dari mulut Eza benar-benar sukses membuat tangisku pecah.
Teringat akan perhatian-perhatian mereka selama ini. Bagaimana mereka menjagaku, mengawasiku, menghiburku, selalu ada untukku. Dadaku benar-benar sesak tat kala menyadari bahwa semua itu mungkin tak akan kurasakan lagi setelah ini.
Ingin rasanya aku berteriak dan meminta mereka untuk tetap tinggal di sampingku. Namun, lagi-lagi aku ditampar oleh kerasnya kenyataan bahwa, hidup mereka bukan hanya tentang aku. Mereka punya mimpi dan punya tanggungjawab lebih pada dunia masing-masing.
"Jangan natural-natural banget bocilnya, Shen." Kak Rhea masih setia dengan omongan pedasnya walaupun, ia saat ini tengah memelukku dan mengusap-usap lenganku.
"Udah ah, ayo pulang! Jangan sedih-sedihan dulu. Entar aja. Baru juga seneng-seneng karena ujian kelar," ujar Kak Vela. Ia merangkulku agar berjalan beriringan dengannya. Diikuti yang lain di belakang.
Sebenarnya, hari ini kelas sepuluh dan sebelas masih libur. Hanya saja, Bang Kevin lagi-lagi mengganggu waktu libur anggota ekskul basket. Ia meminta kami latihan karena sebentar lagi akan ada pertandingan antar sekolah. Sebagai kapten basket team putri, tentunya aku yang paling direcoki oleh pelatihku tersebut.
"Kita cari tempat makan dulu, ya. Gue yang traktir kalian. Itung-itung ngerayain terlepasnya kita dari semua hal berbau kesibukan kelas duabelas." perkataan si Rich Boy---Randi Asaka Winata---disambut teriakan heboh oleh sahabat-sahabatnya, terkecuali aku dan Arvelo. Kami sama-sama tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Shen, mau bareng siapa?" tanya Kak Vela. Ia sudah bersiap memasuki mobil merahnya bersama Kak Rhea.
Aku memperhatikan satu-persatu sahabatku yang ternyata membawa kendaraan masing-masing, kecuali Kak Rhea. Motor besar mereka berjejer rapih di samping mobil Kak Vela. Entah sejak kapan lahan ini jadi tempat parkir motor. Setahuku, ini tempat parkir mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVELO (Want You With Me)✔
Teen Fiction(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!) =Proklisi Series= ARVELO 'There are so many people you want to be with me' 🍭🍭🍭 Sejak kepindahanku yang terjadi atas permintaan Bunda, duniaku seolah berubah. Semesta mempertemukanku dengan orang-orang baru yang m...