🍭🍭🍭
Class meeting adalah waktu di masa sekolah yang paling kutunggu-tunggu. Waktunya yang berada di antara selesai ulangan dan menuju libur semester adalah alasan utamaku menyukai masa-masa ini. Mungkin bukan hanya aku, namun seluruh pelajar juga merasakan hal yang sama.
Basket adalah cabang olahraga pembuka class meeting di SMA Garuda. Dan aku benar-benar kesal karena baru diberi tahu pagi tadi sedangkan siang ini pertandingannya.
"Si Dekal sinting kali, ya?!" kubanting botol air mineralku ke meja.
"Jangan emosi, Shen. Si Dekal 'kan emang gitu." teguran Milly tak kuhiraukan.
"Bukan apa-apa, Mil. Gue hampir aja gak bawa baju olahraga tadi. Mana dia asal-asalan milih team lagi," dumelku.
Dekal itu definisi ketua kelas menyebalkan, menurutku. Kadang aku kesal dengan tingkah cowok itu yang selengean. Heran juga kenapa dia bisa menjadi ketua kelas.
"Kenapa lo, Shen, cari gue? Kangen, ya? Jangan gitu, ah, Shen! Gue gak enak sama Bang Velo." Dekal masuk ke kelas dengan seragam yang awut-awutan.
Cowok model begini jadi ketua kelas XI MIA 2?
Serius?
"Sini lo!"
Dia menurut. Berjalan menghampiriku dengan muka songongnya.
"Kenapa lo milih tim asal-asalan? Lo juga gak masukin Disya---"
"Dianya yang gak mau." Dekal menyela omelanku.
Mataku menyipit bingung. "Kenapa bisa gak mau?"
"Ya, emang gak mau. Lagian ya udahlah, toh pertandingannya juga udah selesai. Kita juga tetap dapet juara dua."
Rasanya ingin kupukul kepala Dekal. Tidak tahu kah ia kalau aku nyaris mati mengejar score di pertandingan tadi?
Aku nyaris pingsan saat mengetahui siapa-siapa aja yang dipilih Dekal untuk team basket kelas kami. Semuanya tidak ada yang beres. Selama pertandingan bahkan mereka hanya menjerit-jerit, ada juga yang diover bola malah lari. Bagaimana aku tidak emosi? Setidaknya kalau tidak bisa mencetak point, mereka bisa membantuku dalam hal yang lain, seperti men-drible bola atau mengover dengan benar, misalnya. Ini malah aku dibuat pusing oleh jeritan mereka.
"Gak guna emang ngomong sama lo. Sana lo!" usirku.
Dekal mencabikan bibir, lalu beranjak keluar lagi dari kelas. Cowok yang kuketahui sebagai salah satu anggota geng Proklisi itu sempat menoyor keningku yang kubalas dengan tendangan pada tulang keringnya.
"Kampret lu, Shen! Untung punya si Abang, kalau kagak udah gue ketekin lo!"
Aku mengernyit jijik. Membayangkannya saja sudah membuatku mual. Ketek Dekal itu tidak seperti ketek Arvelo yang wangi. Aku tidak ngarang, memang kenyataannya begitu.
Oh iya, tentang julukan 'Abang' yang disebut Dekal tadi, itu adalah nama lain Arvelo di geng Proklisi. Anggota-anggota yang berumur di bawahnya memang gemar memanggil cowok itu dengan sebutan 'Abang' bahkan jarang memakai embel-embel 'Velo' di ujungnya. Aku dapat informasi itu dari Shaidan yang sekarang resmi menjadi bagian dari Proklisi.
"Gue heran kenapa si Dekal bisa jadi ketua kelas. Asli deh! Kalian kerasukan apa sih, pas milih dia?"
"Guru-guru di sini kalau milih ketua kelas gak lewat vote, Shen. Dari kelas sepuluh sampai dua belas, semua yang jadi ketua kelas itu selalu anggota Proklisi," jelas Milly.
Dahiku mengerut bingung. "Kenapa bisa gitu?"
"Karena guru-guru gak mau repot. Mereka tinggal tanya Arvelo siapa anggotanya yang cocok jadi ketua kelas. Terus kalau nanti pilihan Velo itu gak bertanggung jawab, ya tinggal aduin ke Velo. Entar si Velo yang negur. Karena mereka tuh kadang lebih nurut sama si Velo dari pada guru-guru di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVELO (Want You With Me)✔
Teen Fiction(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!) =Proklisi Series= ARVELO 'There are so many people you want to be with me' 🍭🍭🍭 Sejak kepindahanku yang terjadi atas permintaan Bunda, duniaku seolah berubah. Semesta mempertemukanku dengan orang-orang baru yang m...