🍭🍭🍭
"Hari ini kita ulangan 'kan?"
"Enggakkk!"
"Iya!"
Aku dan Milly kompak tertawa saat Asep mendapat sumpah serapah dari teman-teman satu kelasnya. Bahkan ada yang sampai melemparinya dengan sesuatu.
"Sok pinter banget lo!" makian tersebut keluar dari mulut Gilang yang duduk tepat di belakangnya.
"Bukannya sok pinter. Tapi, kata Abi gue bohong itu dosa," kilah Asep.
Aku tak lagi memperhatikan perdebatan keduanya saat Bu Kiki---guru matematika---menyuruh kami masuk. Tadi di jalan wanita itu meminta bantuan pada aku dan Milly untuk membawakan sebagian buku paketnya.
"Alig! Ternyata Shena cakep kalau diliat dari deket."
Berusaha kuabaikan komentar cowok yang duduk di depan Asep. Berjarak dua meja dari tempatku berdiri sekarang. Namun, suaranya yang keras membuat telingaku masih menangkap kata-katanya.
"Ngomong apa lo barusan?"
"Mulutnya minta disumpel nih, Lang."
Kelas langsung ricuh saat Gilang dan Asep menghampiri cowok itu. Bu Kiki bahkan ikut bangkit dari posisi duduknya.
"Gue cuma muji Shena. Ada yang salah?" cowok yang tidak kuketahui namanya tersebut berusaha membela diri.
"Kalau mau muji, muji aja. Tapi gak usah gitu juga liatinnya. Nyari ribut lo, ha?"
"Shen, barantem, Shen," bisik Milly di sampingku.
"Emangnya kenapa? Masalah buat lo gitu? Suka lo sama Shena? Playboy sih, playboy, Lang. Tapi punya si Velo jangan diembat juga. Sahabat lo tuh!"
Seisi kelas kontan memekik saat Gilang hampir memukul cowok berseragam urakan tersebut.
Dengan langkah lebar kuhampiri Gilang dan menariknya menjauh. "Lang, udah!"
"Nih anak kurang ajar, Shen."
"Udah, lupain aja. Mungkin dia gak bermaksud gitu," kataku.
Helaan nafas Gilang terdengar kasar. Lalu cowok itu duduk kembali di kursinya, tanpa sedikit pun mengalihkan tatapan dari cowok urakan yang hampir dipukulnya tadi.
"Shena, Milly, kalian boleh keluar. Biar mereka Ibu yang urus!" perintah Bu Kiki mau tidak mau kuturuti.
Milly memeluk lenganku saat kami sudah keluar dari kelas XII Bahasa 1.
"Sahabat-sahabatnya Velo sesayang itu sama lo, Shen. Kita bisa dikatakan beruntung karena menjadi bagian dari mereka. Banyak banget di luaran sana yang pengen berada di posisi kita." perkataan Milly kusetujui dalam hati.
Percaya tidak? Bersahabat dengan gank-nya Arvelo itu bisa membuat kalian merasakan bagaimana rasanya dijaga seperti berlian, dihormati seperti ratu, disayangi seperti seorang adik, dan berusaha dibahagiakan seolah kesedihan kalian bisa merusak kebahagiaan mereka juga.
Aku lupa kebaikan macam apa yang sudah kuperbuat hingga Tuhan menghadirkan sahabat-sahabat sebaik mereka untukku. Sebelumnya aku tidak pernah memiliki keinginan setinggi ini.
"Mil, kok gue beruntung banget ya, punya kalian?" suaraku bergetar. Rasanya ingin menangis. Serius!
"Gue juga mikir gitu. Kenapa gue beruntung banget punya kalian?"
🍭🍭🍭
Dua minggu lagi ulangan semester ganjil. Aku baru sadar ternyata waktu berlalu begitu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVELO (Want You With Me)✔
Teen Fiction(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!) =Proklisi Series= ARVELO 'There are so many people you want to be with me' 🍭🍭🍭 Sejak kepindahanku yang terjadi atas permintaan Bunda, duniaku seolah berubah. Semesta mempertemukanku dengan orang-orang baru yang m...