Warning!
Yg belum klik bintang. Klik sekarang juga, okay?
Udah? Oke, next.
Jangan lupa komen;)
🍭🍭🍭
Suara azan dzuhur berkumandang.
Dengan segera kurapihkan alat tulis yang berceceran di atas meja, tidak lupa membangunkan Milly yang terlelap sejak setengah jam lalu karena kebetulan kami sedang jamkos.
Cewek berpipi tembem itu tampak bersusah payah untuk bangun setelah mengambil mukenanya dari dalam tas. Aku menghela nafas lalu menggandengnya menuju musala.
Di dekat tangga kami berpapasan dengan Kak Vela yang tampaknya juga hendak ke musala. Tentang Kak Rhea, cewek itu pastinya tidak ikut karena dia non muslim.
"Woy, satt! Turunin gue!"
Kami kompak berbalik mendengar teriakan tersebut. Sebelum berbalik pun, aku sudah tahu suara itu milik siapa. Pasti salah satu dari lima anteknya Arvelo. Makhluk-makhluk absurd itu memang tiada hari tanpa berulah.
"Ngapain sih, lo bertiga? Malu-maluin!" omel Kak Vela.
"Ini namanya kita lagi menjalankan amanah, L," balas Eza.
Kepalaku menggeleng tak habis fikir melihat ulah mereka. Sudah bisa ditebak bahwa Asep malas ke musala, lalu tanpa rasa manusiawi, Eza, Leo, dan Gilang membopong cowok berdarah Sunda itu menuju musala. Kurang lebih seperti itu.
"Iya-iya, gue salat. Tadi juga mau salat, lo semua gak sabaran amat. Udah turunin gue, malu jirr!"
Aku, Milly, dan Kak Vela dibuat meringis saat tiga cowok yang membopong Asep menarik tangan mereka dengan kompak. Alhasil, tubuh Asep yang bisa dibilang cukup atletis mendarat mulus di lantai koridor.
"Biadap lo semua!"
"Lo yang minta lepas. Kok ngomel, sih? Kita udah berbaik hati ini mau bopong lo ke sini. Ngebantuin lo yang tadi lagi dikekepin setan. Bukannya bilang makasih. Dasar temen minim akhlak!" Gilang balas memaki dengan dramatisnya.
Asep hendak membalas, namun Arvelo sudah lebih dulu menengahi perdebatan mereka.
Terlalu sibuk menyaksikan kekonyolan empat manusia itu membuatku baru menyadari bagaimana menawannya sosok Razriel Arvelo dengan sungkok hitam yang menutupi bagian atas rambutnya. Begitu pun juga dengan Randi. Aku juga baru menyadari bahwa Arvelo, Randi, dan Gilang mengganti kemeja putih mereka dengan baju koko.
"Shena, ayoo! Jangan liatin kembaran gue mulu. Zina mata, lohh!" teriakan nyaring di telingaku sukses membuyarkan lamunanku.
Kalau soal merusak suasana, sahabat-sahabat baruku itu memang jagonya.
"Apa sih, ih!"
"Pasti lo lagi halu diimamin Velo 'kan? Ngaku lo!" Kak Vela menodongku dengan tatapan menggodanya.
"Nuduh tanpa tahu kebenaran itu jatohnya fitnah!" balasku tak terima.
Kuraup wajah Kak Vela yang tengah menggerakan bibir mengejek ucapanku. Sedangkan Milly sudah hilang entah kemana. Nampaknya cewek itu sedang tidak mood, apalagi baru saja bangun tidur. Karena biasanya aku juga begitu. Baru bangun tidur diajak bercanda itu ngebingungin, jatohnya mumet. Kadang nyawa aja belum kekumpul udah dibikin kesel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVELO (Want You With Me)✔
Teen Fiction(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!) =Proklisi Series= ARVELO 'There are so many people you want to be with me' 🍭🍭🍭 Sejak kepindahanku yang terjadi atas permintaan Bunda, duniaku seolah berubah. Semesta mempertemukanku dengan orang-orang baru yang m...