-Arvelo'06

4K 391 37
                                    

🍭🍭🍭

"Kak, kamu tuh anak gadis tapi tidurnya kebo banget. Lihat tuh anaknya Tante Dhania, walaupun cowok tapi anaknya disiplin. Subuh-subuh udah ke masjid. Lah, kamu salat subuh aja nyerempet matahari terbit. Jangan kebiasaan, Kak, udah gede."

Pagi-pagi begini aku sudah sarapan omelan Bunda. Dan yang paling membuatku jengkel adalah kelakuan Bunda yang sering membanding-bandingkan aku dengan Arvelo. Membuatku ciut saja. Jika tahu anaknya ini tidak sebanding dengan cowok se-perfect Arvelo, kenapa Bunda begitu terobsesi menjodohkanku dengan cowok itu. Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana jalan pikiran Bunda sebenarnya.

"Shena, buruan! Ayah kamu udah nunggu. Kamutuh jalan aja lelet banget. Bunda pengen mantu kayak Arvelo, jangan malu-maluin Bunda."

Aku ingin meneriaki Bunda, tapi takut durhaka.

"Apa sih, Bun? Emang Bunda pikir Arvelo-nya mau sama aku? Halu Bunda tuh kurangin deh."

Bunda yang kulihat belum memasuki mobil membalas perkataanku. "Ucapan adalah doa, loh. Apalagi ucapan orang tua buat anaknya, mujarab. Bener gak, Yah?" Ayah yang mendapat pertanyaan dari Bunda hanya tertawa dengan gelengan pelan. Gelengan yang seolah tak habis pikir dengan pertengkaranku dan Bunda.

"Bunda ..., Bunda ..., dulu sensitif banget kalau denger Shena deket sama cowok. Ini sekarang malah sengaja dijodoh-jodohin." perkataan Ayah kesutujui dalam hati.

"Bunda tuh punya feeling sama Arvelo."

"Ya udahlah, terserah Bunda." Dengan langkah gontai aku berjalan menuju mobil putih Ayah yang sudah siap keluar dari pagar. Shaidan sepertinya sudah berangkat menggunakan sepeda sport miliknya. Sekolah anak itu memang tidak terlalu jauh dari rumah.

Saat hendak memasuki mobil, netraku tak sengaja menangkap sepasang remaja tengah memandang ke arah sini dari sebrang jalan. Kalian pasti sudah bisa menebak siapa mereka.

Arvelo dan Kak Vela.

Dua orang itu nampaknya hendak berangkat sekolah juga. Arvelo duduk di atas motornya dengan helm yang ia pegang, sedangkan Kak Vela terlihat sedang memutar-mutar sebuah kunci di jari telunjuk dengan bahu bersandar di mobil merahnya. Wajah Arvelo datar tanpa ekspresi, berbeda dengan Kak Vela yang menyunggingkan senyum menggoda ke arahku.

Ya ampun, apa mereka sejak tadi mendengar ocehan Bunda?

🍭🍭🍭

Jika aku adalah seorang penyihir, maka sudah kusihir dua makhluk menjengkelkan yang sejak tadi mengekori kemana pun aku pergi. Ditambah mulut mereka yang tidak bisa berhenti mengoceh.

"Kalian ngapain sih, ngintilin gue mulu?"

Eza yang kuakui hari ini terlihat tampan dengan kaos putih dilipisi jaket bomber cokelatnya tersenyum sangat amat lebar. "Anak kecil itu memang harus selalu berada dalam pantauan orang dewasa. Takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."

"Tapi masalahnya, gue bukan anak kecil!" seruku kesal. Tidak perduli jika karena ulahku tersebut kami menjadi pusat perhatian pengunjung minimarket yang kudatangi saat ini.

"Jadi, lo merasa udah dewasa?" Eza bertanya, yang kubalas anggukan kesal. "Orang dewasa mana yang jajanannya permen lolipop?"

"Emang di permen itu tertulis 'orang dewasa gak boleh beli', ada? Nggak 'kan? Minta hujat banget, sih!" aku mencibir kesal. Setelahnya, aku meninggalkan Eza dan Leo yang pada akhirnya mengekoriku lagi menuju kasir.

Aku benar-benar tidak tahu dari mana datangnya dua makhluk astral itu. Saat tiba di minimarket tadi, dua orang itu tiba-tiba saja muncul entah dari mana gerangan. Sepertinya mereka hendak ke rumah Arvelo, namun karena melihatku, mereka pindah haluan sejenak untuk membuntutiku. Dasar kurang kerjaan!

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang