Baca author note, please!
🍭🍭🍭
Suasana kantin yang tenang-tenang saja mendadak ricuh setelah kedatangan Gilang dan Asep. Dua orang itu lari terburu-buru sampai menyenggol pengunjung kantin atau meja yang mereka lalui.
Aku tidak mengerti dengan antek-antek Arvelo ini, tiap hari ada saja ulahnya.
"Woy! Ada bad news, nih!"
Jika biasanya yang memimpin pergosipan dalam sebuah geng itu perempuan, berbeda dengan geng kami. Dua makhluk astral yang sialnya memiliki wajah ganteng ini yang selalu menjadi biang gosip.
"Apa sih? Heboh banget!" Gilang menyodorkan gitar ke depan wajah Kak Rhea secara tiba-tiba. "Mau gue patahin gitar lo?!"
"Pegang dulu, Rhe. Ini beritanya urgent banget!" dengan wajah terpaksa, Kak Rhea mengambil gitar Gilang.
"Kalau gak penting, gue banting gitar lo!" ancam Kak Rhea.
Gilang cengengesan. Lalu, cowok itu mulai mengambil nafas, bersiap menyampaikan berita yang dia bawa. "Tadi ada yang ngadu ke gue sama Asep, katanya si Laura nyariin Shena."
Suasana mendadak sunyi seketika. Jangan tanyakan ekspresiku sekarang. "La-Laura Anjesmara maksudnya? Emang dia sekolah di sini?" Asep menjawab pertanyaanku dengan anggukan.
"Urusin tuh Vel, degeman lo!" aku mengalihkan pandangan pada Kak Vela yang raut wajahnya kini berubah.
Arvelo hendak membalas perkataan Kak Vela, namun Rhea sudah lebih dulu menyela. "Awas aja tuh cewek kalau berani macem-macem sama Shena."
"Lo tuh jago renang, bukan bela diri," cibir Asep.
"Heh! Jangan salah, ya. Atlet renang juga bisa berantem, pake gaya bebas," balas Kak Rhea tak mau kalah.
Aku menghela gusar. Kepalaku mendadak pening, ditambah perutku juga ikut mulas. Reaksi alami yang selalu terjadi ketika aku sedang dilanda gelisah.
"Oh, jadi ini yang namanya Shena?"
Suasana yang semula ricuh mendadak hening kala seorang cewek ber-cardigan hitam berdiri di samping meja yang kami tempati.
Aku menahan nafas ketika bola mata jernih Laura Anjesmara menatap wajahku dengan sorot yang tak kumengerti.
"Ngapain lo?" Kak Vela bertanya sinis.
"Nggak ada, sih. Cuma mau kenalan sama cewek yang udah jadi orang ketiga di hubungan gue sama Velo." Laura sudah akan mendekat padaku jika saja tubuh menjulang Randi dan Gilang tidak menghalanginya.
Kulihat ia tersenyum sinis. "Owh, satpamnya banyak. Kayaknya gue gak bakal diizinin buat kenalan sama dia." cewek yang harus kuakui kecantikan parasnya itu melirikku dan Arvelo secara bergantian, selanjutnya berlalu pergi.
Jika biasanya aku tak bisa menebak arti senyuman tipis Arvelo, kali ini aku mengerti arti senyuman miring Laura. Cewek itu seolah menyampaikan, bahwa urusanku dengannya belum selesai.
"Sok cakep banget tuh cewek!" sungut Gilang.
"Lo ngerendahin selera gue?" pertanyaan bernada datar Arvelo dibalas cengiran oleh Gilang.
Aku mendesah berat. Ini adalah sisi buruk berteman dengan orang-orang terkenal seperti mereka. Mereka memang akan pasang badan untuk melindungiku, tapi tetap saja, mereka tidak akan selalu ada di radarku. Jadi, mau tidak mau aku harus menyelesaikan masalahku sendiri. Karena melibatkan mereka hanya akan memperumit keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVELO (Want You With Me)✔
Teen Fiction(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!) =Proklisi Series= ARVELO 'There are so many people you want to be with me' 🍭🍭🍭 Sejak kepindahanku yang terjadi atas permintaan Bunda, duniaku seolah berubah. Semesta mempertemukanku dengan orang-orang baru yang m...