-Arvelo'11

3.5K 347 36
                                    

🍭🍭🍭

SMA Garuda kali ini kembali menduduki posisi juara. Bukan hanya dari satu cabang olahraga, namun tiga sekaligus. Yaitu: basket putra-putri, voli putra-putri, dan futsal putra. Aku tidak heran, karena SMA Garuda sejak dulu terkenal dengan prestasi non akademiknya. Kalau di bidang akademik, SMA Rajawali jagoannya.

"Duh, adek gue jago bener main basketnya." itu ocehan Leo saat aku menghampiri mereka di tribune. Sepanjang perjalananku menuju tempat ini, banyak sekali yang mengucapkan selamat. Teman-teman dari sekolah lamaku juga sempat menemuiku tadi.

"Sumpah ya, Shen! Lo keren abiss!" pujian dengan suara kelewat nyaring Kak Vela membuat telapak tanganku reflek menutup telinga.

Aku hanya tersenyum menanggapi pujian demi pujian dari mereka. Kalian harus tahu selega apa aku saat ini. Sempat nervous membuatku takut demam lapangan. Ini untuk pertama kalinya aku memimpin team andalan SMA Garuda yang terkenal akan kemampuan three point-nya.

Di pertandingan kemarin, aku tidak tahu kenapa mood-ku baik sekali hingga empat quarter aku bisa main tanpa ditukar. Tapi, di final hari ini aku sempat demam lapangan di awal. Bang Kevin bahkan menggantiku di quarter pertama. Aku tidak diomeli, hanya diberi sedikit arahan.

"Shen, foto dulu, foto dulu!" Asep menarik lenganku. Lalu memposisikan diriku di antara Randi dan Leo yang mengenakan jersey sama sepertiku. Aku ikut berpose saat Asep mengarahkan kameranya pada kami.

Pose pertama normal, kedua cute, yang ketiga absurd. Randi dan Leo menempelkan pelipis mereka di pelipisku dengan bibir monyong ke arah kamera. Sedangkan aku menyipitkan mata dengan ekspresi yang kubuat se-cute mungkin.

"Udah-udah, gantian!" seru Asep. " Woy, lo jangan nyenggol-nyenggol dong! Geser dikit kek lagi foto-foto, nih! Anying, kaki gue diinjek! Kaki lo geseran dikit, gue kejengkang nih!" kerusuhan cowok berdarah Sunda itu mendapat gelak tawa dari kami. Lagi pula siapa suruh nekat, sudah tahu tribune masih ramai.

"Velo, Shena, buruan! Keburu gue kejengkang beneran nih." dahiku mengerut bingung.

"Apaan?"

"Buruan! Mau gue fotoin gak? Mumpung lagi bagus nih angel-nya."

Aku hendak menolak, namun rangkulan di bahuku membuat aku spontan mendongak, menatap si pelaku. Arvelo yang merangkulku, namun tangan cowok itu digerakan oleh Eza. Memang dasar manusia-manusia rese.

"Sip, udah!"

"Ha? Apa yang udah?" pekikku. Asep menunjukan layar kamera yang talinya ia kalungkan di leher. Aku tak bisa melihat dengan jelas, tapi bisa dipastikan bahwa dia menunjukan fotoku dan Arvelo yang dia ambil secara candid. "Ih, orang gue belum siap!" protesku.

"Gak papa, bagus kok. Ayo foto rame-rame. Jack, fotoin dong, Jack!" Asep memberikan kameranya pada cowok yang duduk di samping tempatnya berdiri. Aku tidak kenal cowok itu, mungkin teman sekelasnya.

"Anak kiyai kok narsis. Heran gue," cibir Kak Rhea.

"Bukan narsis, tapi eksis. Ayo, buruan!" dengan wajah-wajah terpaksa, kami mengikuti keinginan Asep. Berbagai pose kami peragakan, dimulai dari tersenyum manis, muka datar, cute, jaim, dan banyak lagi.

Aku tidak tahu ada berapa puluh foto yang tersimpan di kamera mahal milik Randi tersebut. Iya, kameranya milik Randi, tapi Asep yang kuasai.

Setelah puas mengabadikan moment lewat foto, kami memutuskan untuk pulang.

Beberapa team masih bergulat di lapangan. Tapi, sepertinya sahabat-sahabatku ini sudah lelah jadi mengajak pulang. Aku memaklumi, bagaimana tidak lelah, jika suara mereka hampir menguasai tribune selama pertandingan tadi.

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang