-Arvelo'16

3.3K 337 70
                                    


🍭🍭🍭

"Kalau jodoh. Mau lo nolak takdir sampai kayang jungkir balik juga percuma. Karena akhirnya lo bakal tetap sama dia."

"Tuh, dengerin, Shenn! Kalau takdir lo emang sama Velo. Mau lo lari sampai ujung dunia pun gak bakal mengubah ketetapan Tuhan."

Ingin rasanya mulut Asep dan Gilang kusumpal dengan rumput hijau yang kududuki saat ini. Dua cowok itu sejak tadi mengoceh seolah tak ada habisnya. Asep membaca quotes-quotes hasil karya Milly, atau dari timeline, sedangkan Gilang menyahuti dengan menjadikan sahabat-sahabatnya sebagai perumpamaan. Aku dan Arvelo sepertinya lebih banyak mereka bahas.

Dasar kurang kerjaan!

"Gue heran kenapa lo lari kemarin?"

Kutolehkan kepala ke arah Arvelo yang entah sejak kapan sudah tiarap di sampingku sambil bermain game lewat ponselnya.

Saat ini kami sedang berada di taman dekat perpustakaan yang sudah diklime sebagai tempat tongkrongan. Tempat ini bahkan rutin di bersihkan rumputnya. Jadi, jangan heran mengapa enam sahabat laki-lakiku ini bisa dengan santai guling-guling di atas rumput tebal tersebut.

"Gue kebelet," alibiku.

Syukurnya Arvelo percaya. Cowok itu menggangguk-anggukan kepala lalu kembali sibuk dengan game-nya.

Sementara itu, ingatanku kembali pada kejadian kemarin, saat Arvelo melontarkan pertanyaan yang menurutku konyol.

"Apa banget pertanyaannya!" aku memalingkan wajah. Mencari objek yang enak untuk dilihat, walau nyatanya wajah tampan Arvelo adalah jawaban.

Kudengar Arvelo tertawa renyah. Dia menyandarkan lengan di tiang pagar sampingnya. Posisinya menyamping menghadapku.

"Kalau ada yang suka sama lo. Gak papa 'kan, Shen?"

"Gue gak pernah larang siapapun yang suka sama gue. Asal gak maksa buat disuka balik aja," jawabku.

Dia mangut-mangut, menatap ke arah rumahnya, lalu padaku lagi. "Belum suka gue ya, Shen?" tanyanya lagi.

Rasanya ingin kukutuk jantung yang dengan kurang ajar berdetak begitu cepat.

Hell! Aku tidak mau mati muda karena serangan jantung.

"Lo kesambet apaan, sih? Sakit lo, ya?"

Diambilnya lenganku, lalu ditempelkan pada keningnya. "Gak panas 'kan? Berarti gue gak sakit," katanya.

Mataku membulat kaget.

Aku tidak tahu hal konyol macam apa yang ada di otakku. Karena selanjutnya, aku membuka pagar dan lari memasuki rumah. Benar-benar tidak perduli apa tanggapan Arvelo tentang aksi anehku tersebut.

Karena aku merasa tidak aneh sendiri, dia juga aneh.

Aneh banget malah!

"Shen, suka sama lo itu hal yang gampang buat dilakuin. Tapi, kayaknya bakal gue tunda dulu." kualihkan tatapanku pada Arvelo yang masih setia dengan posisinya.

Sial! Jantungku menggila lagi.

Kuedarkan pandangan pada sahabat-sahabatku yang terlihat sibuk dengan aktifitas masing-masing.

Randi, Leo, dan Kak Vela sedang bermain game sambil berteriak heboh. Gilang dan Asep masih sibuk membaca quotes-quotes. Milly kulihat tertawa sendiri karena menonton vidio lucu. Sedangkan Kak Rhea dan Eza sedang ribut karena cowok berjambul pirang tersebut terus menjahilinya.

Kemungkinan besar mereka tak mendengar perbincanganku dan Arvelo.

"Vel, lo tuh kenapa sih, sebenarnya?" tanyaku.

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang