-Arvelo'35

3.1K 334 146
                                    

Warning!
Harap baca di tempat sepi. Siapin bantal buat digigit. Jangan jerit-jerit apalagi salto jungkir balik. Aku gak tanggung jawab kalau kalian terserang uwuphobia!

Sebelumnya. Klik bintang dulu, okey?

(Yang awalan itu Shena menceritakan hal yang terjadi sebelum hari ini)

(Yang awalan itu Shena menceritakan hal yang terjadi sebelum hari ini)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍭🍭🍭

Setelah pengakuan Arvelo, keesokan harinya aku mengajak cowok itu untuk menemui Elle terlebih dulu sebelum pergi ke sekolah.

Adik dari Eza Wiraguna tersebut tampaknya masih kesal padaku, terbukti dengan wajah masamnya yang kulihat saat ia keluar dari rumah.

"Ngapain kalian ke sini? Mau pamer karena udah jadian?" sinisnya.

Aku menggeleng pelan. "Gue cuma mau jelasin----"

"Gak perlu!" selanya. "Aku udah tau kok. Aku faham ini emang bukan salah Kakak. Tapi, sebagai sesama perempuan, Kakak pasti ngerti perasaan aku kayak gimana. Jadi, aku minta Kakak jangan ngajakin aku ngobrol sampe aku bener-bener bisa ikhlasin ini semuanya."

Aku mengangguk faham. Cewek mana yang bisa dengan semudah itu melupakan rasa sakit setelah mengetahui bahwa pacarnya menyukai orang lain? Terlebih, di sini Elle merasa semua orang mamihak padaku, termasuk kakak-nya sendiri.

"Bang Velo!" kulihat Arvelo mendongakan wajah saat Elle memanggilnya. "Makasih buat rasa kasihannya. Tapi, perlu Abang tau, aku gak butuh!" setelah itu, ia berbalik meninggalkan kami. Memasuki sebuah mobil hitam mengkilap yang terparkir di garasi rumahnya.

Suara klakson mobil yang dibunyikan sopir Elle kami balas dengan anggukkan serempak.

Arvelo menatapku dalam saat aku berbalik menghadapnya. "Sori ya, Shen? Gara-gara gue, lo ikut kena imbasnya."

Dengan senyum tipis, aku menggelengkan kepala. "Kalau Elle juga marah sama gue, berarti gue ikut salah."

Menghela nafas kasar, aku beranjak dari tempat tidurku saat teriakan nyaring Shaidan menusuk gendang telingaku.

Kupelototi anak itu yang ia balas dengan cengiran inonncent. "Pulangnya bawain terang bulan ya, Kak!" pintanya.

Tak kutanggapi ocehan Shaidan. Membuatnya kembali berteriak, mengulang permintaan yang sama.

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang