-Arvelo'42

2.6K 277 54
                                    

Lapangan outdoor SMA Garuda hari ini benar-benar ricuh dan ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lapangan outdoor SMA Garuda hari ini benar-benar ricuh dan ramai. Kelas dua belas yang baru saja mendapat kabar kelulusanlah penyebabnya.

Dari atas sini, aku dan Milly bisa melihat bagaimana tawa bahagia mereka yang berbaur menjadi satu. Seolah itu ritual yang harus dilakukan setiap kelulusan, mereka saling mencoret baju satu sama lain. Memberikan warna-warna asing pada seragam putih yang selama ini bersih terkekang peraturan sekolah.

Kebahagiaan mereka tampak nyata diiringi nyanyian serta teriakan dan pelukan hangat penuh haru.

Namun, walau begitu, aku tahu pasti. Tidak ada yang benar-benar menyenangkan dari sebuah perpisahan. Sekalipun itu untuk kebaikan.

Mungkin, saat ini mereka masih bisa tertawa, bercengkrama, seolah semuanya baik-baik saja. Namun, aku yakin. Setelah kembali ke rumah, mereka pasti akan merasakan sesuatu yang namanya kesedihan. Sedih karena sadar bahwa masanya telah usai. Mereka sudah terlepas dari masa putih abu-abu. Setelah ini, mereka harus siap menempuh kehidupan yang sebenar-benarnya. Tidak ada lagi waktu untuk bermain-main menghadapi masa depan.

Terlepas dari itu semua, yang menghimpit dadaku hingga sesak saat ini adalah fakta bahwa setelah ini, tidak akan ada lagi pemandangan sahabat-sahabatku yang berkeliaran di sekolah.

Tak akan ada lagi si playboy Gilang yang mengobral gombalan pada adik-adik kelasnya, suara genjrengan ukulele Asep yang memenuhi koridor.

Aku takkan lagi mendapati pemandangan aksi seret-menyeret yang dilakukan Eza saat Leo kabur dari gereja, membopong tubuh Asep karena cowok itu menunda-nunda sholat.

Juga, tak kan kudengar lagi keciriwisan sahabat-sahabatku karena kecerbohonkanku yang hobby tersandung tali sepatu.

Tidak akan ada lagi Arvelo, Randi, Gilang, Leo, Eza, dan Asep yang selalu cekatan membenarkan tali sepatuku. Bahkan, aku masih ingat beberapa omelan yang kudapat atas kecerobohan tersebut. Semuanya masih terngiang di telingaku.

"Shena, kalau mau jalan tali sepatunya diperiksa dulu."

"Shena, cari hobby yang bagusan dikit. Hobby kok kesandung?"

"Shen, lo bagusan nyeker dari pada bahayain diri sendiri."

Dan masih banyak lagi. Semuanya membekas di ingatan. Aku tak akan pernah lupa pada kasih sayang yang mereka berikan padaku selama ini. Semuanya tersimpan di memori ingatanku, mungkin sesekali akan menyiksaku atas nama rindu.

"Shenaa, Millyy!" teriakan nyaring Kak Vela bersamaan dengan tubuhnya yang menempel pada tubuhku juga Milly. Ia memeluk kami dengan amat erat, pun sama yang dilakukan oleh Kak Rhea.

Aku tertawa seolah merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan. Tak lupa aku mengucapkan selamat pada mereka.

Selamat untuk kelulusannya, dan selamat menempuh hidup baru.

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang