Aku turun dari motor Arvelo, yang pagi ini kembali berbaik hati memberikan tumpangan.
Baru saja melepas helm, seorang gadis berambut sepunggung yang amat kukenali menghampiri. Ia terlihat mencolok karena perbedaan seragam yang dikenakannya. Dari lis yang terdapat di dasinya saja, aku sudah tahu kalau dia murid SMA Rajawali.
"Eh, Elle? Ma----"
"Aku gak nyangka, ya. Kakak tuh kenapa jahat banget, sih?"
Aku dibuat tertegun oleh kalimat pertama yang diucapkan Ellena Wiraguna. Kurasa Arvelo juga sama tertegunnya denganku.
"Elle, maksud lo apa?" tanyaku penuh kehati-hatian.
"Kakak tuh, kenapa sih, rebut semuanya dari aku? Aku kira Kakak orang baik. Aku maklumin Kakak suka sama Bang Velo. Tapi, aku bener-bener gak nyangka kalau Kakak bisa jahat banget. Kakak rebut Bang Velo dari aku. Kakak juga rebut perhatiannya Bang Eza dari aku."
Bungkam. Aku benar-benar dibuat bungkam oleh penuturan Elle. Aku tidak tahu dari mana gadis itu bisa menyimpulkan hal tersebut. Apa karena kebaikan Eza selama ini membuat ia merasa diduakan sebagai seorang adik? Apa ini juga karena pagi ini dia melihatku berboncengan dengan Arvelo?
Tapi, sungguh! Aku benar-benar tidak memiliki pemikiran sepicik itu. Lagi pula, aku sudah ikhlas jika Arvelo berpacaran dengan Elle. Walaupun, aku harus mengesampingkan rasa yang kupunya.
"Gue gak pernah punya pemikiran sepicik itu, El. Eza sama Velo cuma sahabat gue. Gue gak mungkin rebut mereka dari lo." aku mengelak dengan nada suara penuh kehati-hatian. Benar-benar tak ingin membuat semuanya semakin rumit.
Elle sudah akan membalas perkataanku, jika saja Eza dan Leo tidak tiba-tiba datang. Kakak laki-lakinya itu menarik dirinya dan mencoba memberi pengertian lewat gelengan pelan.
"Kenapa? Bang Eza mau belain Kak Shena lagi? Adiknya Bang Eza itu sebenarnya siapa, sih? Aku atau Kak Shena?" pertanyaan beruntun Elle tentunya membuatku tertohok. Apa iya aku sudag merebut perhatian dua laki-laki yang berperan penting di hidup cewek itu?
"Gak gitu, El. Kamu tuh dengerin Abang dulu, makanya."
"Gak mau! Abang pasti mau bela Kak Shena lagi. Buat apa aku dengerin Abang?" balasnya.
"El---"
"Aku gak minta Bang Velo buat bicara!" sela Elle ketika Arvelo hendak bersuara. Tangan cowok itu yang terulur juga ditepisnya, kasar.
"Aku gak tau salah aku apa, sampe Kakak bisa sejahat itu sama aku." setelah mengatakan sederet kalimat menohok tersebut, Ellena berlalu pergi.
Arvelo kuliahat sudah akan menyusul namun, lengannya dicekal Eza.
"Biar gue yang urus."
"Gue perlu bicara sama Elle," sahut Arvelo.
"Nanti aja. Sekarang lo tuntasi apa yang memang harus lo tuntasin. Lo bisa bicara sama Elle kalau dia udah tenang." entah kemana menguapnya gurat tengil di wajah Eza, karena yang kulihat sekarang hanyalah keseriusan di wajah cowok ber-hoodie kuning tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVELO (Want You With Me)✔
Teen Fiction(DIHARUSKAN FOLLOW SEBELUM BACA!) =Proklisi Series= ARVELO 'There are so many people you want to be with me' 🍭🍭🍭 Sejak kepindahanku yang terjadi atas permintaan Bunda, duniaku seolah berubah. Semesta mempertemukanku dengan orang-orang baru yang m...