-Arvelo'03

4.7K 428 70
                                    

Baca dulu!

50 vote, 25 komen terbaru, otw aku next!

Selamat membaca!

Gordeng kamar yang belum tertutup membuatku terpaksa beranjak sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gordeng kamar yang belum tertutup membuatku terpaksa beranjak sejenak. Sembari menyingsingkan rok mukena yang kukenakan, kuintip sebentar keadaan luar lewat jendela kamar.

Melihat motor ninja biru dongker yang terparkir di garasi rumah sebrang membuatku teringat pada kejadian beberapa saat yang lalu.

Aku dibuat meringis pelan saat Arvelo belok ke halaman rumahnya tanpa membiarkanku turun dulu, lebih tepatnya cowok itu lupa sedang memboncengiku. Sialnya, Kak Vela tiba-tiba saja keluar dari rumah karena alasan menagih ayam geprek yang ia pesan pada Arvelo.

Kalian sudah membayangkan seheboh apa kembaran dari Arvelo itu. Sampai aku berlari menyebrang pun, dia masih melontarkan ledekan serta godaan untukku dan Arvelo.

Dan aku yakin, hari ini lebih parah.

Bukti kecilnya adalah seorang Leo Adisaka yang berjalan ke arahku sekarang dengan senyuman menggoda terpatri di wajahnya.

Sebelum dia sempat melontarkan godaan serta ledekannya, aku sudah lebih dulu menghadiahi ia dengan cubitan bertubi-tubi. "Rasain nih!"

"Sakit, woi!" Leo mengaduh sambil mengusap-usap bahunya yang jadi sasaran cubitanku.

Kalian pasti tidak lupa dengan kejadian kemarinkan? Di mana cowok itu dengan kurang ajarnya mempemalukanku. Jadi, anggap saja seranganku tadi merupakan pembalasan dendam.

"Bodo amat!" pekikku.

Senyum miring terbit di wajah Leo. Yang sialnya menambah kadar ketampanan cowok itu. Jika saja kelakuannya tidak sebobrok dan semenyebalkan ini, mungkin aku sudah menyimpan rasa kagum padanya.

"Lo kemarin balik bareng si Abang 'kan?" ledekan Leo membuatku mendengkus pelan, ditambah Kak Rhea yang ikut-ikutan menggodaku dengan senyuman jahilnya.

"Mampir kemana dulu kemarin, Shen?"

Aku sudah akan membalas ucapan Leo namun, sebuah tangan yang tiba-tiba melilit leherku membuatku kontan menatap si pelaku.

Ternyata ulah Gilang.

Cowok yang dicap playboy oleh satu sekolah itu menunjukan seringainya dengan bokong yang sudah ia dudukan di sampingku. Jangan lupakan Arvelo, Asep, Randi, dan Eza yang datang bersamanya.

"Berat, ih!" protesku.

Gilang menyingkirkan lengannya dari leherku. Lalu, dengan wajah innoncent-nya dia meminum lemon tea dingin milikku yang baru saja datang.

Memang ya, di gengnya Arvelo itu yang normal cuma Arvelo seorang. Antek-anteknya absurd semua. Kalau Randi, tergantung keadaan.

"Ih, punya gueee!"

"Minta dikit. Pelit banget!" kilah cowok ber-hoodie abu-abu tersebut.

"Beli sana! Gak modal banget, sih!" kujauhkan gelas minumanku dari jangkauan Gilang. Dia tidak berusaha merebut. Mungkin sudah puas karena sudah meminum hampir setengahnya.

Aku sudah akan menghadiahi Gilang dengan cubitan atas kelakuan kurangajarnya namun, perkataan cowok ber-hoodie hitam di depanku sudah lebih dulu menginterupsi.

"Tanggungjawab, Lang. Ganti sana!" perintah Arvelo tegas. Gilang bahkan tak sempat hanya untuk membalas dengan candaan, seperti biasa.

Yang bisa kulakukan saat ini hanyalah diam, bahkan saat Eza menggantikan posisi Gilang di sampingku, aku hanya melirik cowok itu sekilas.

"Ini belom apa-apa, Shen. Kebayang gak, kalau lo jadian sama si Abang? Dua ratus enam puluh orang bakal ngulurin tangan buat jagain lo."

Bukan rahasia umum lagi kalau Arvelo itu ibarat raja di geng Proklisi yang katanya beranggota 260 orang. Tapi sungguh, sedikitpun tak pernah terlintas di pikiranku untuk bisa menjadi ratunya.

Sedikitpun!

Kalau boleh jujur, bisa menjalin pertemanan dengan orang-orang seperti Arvelo, Kak Vela, Leo, dan yang lainnya saja adalah keberuntungan yang tak pernah aku pikirkan. Keberuntungan yang banyak didamba-dambakan oleh cewek-cewek di luaran sana.

Entah kebaikan apa yang pernah aku lakukan, hingga Sang Pencipta menganugrahi keberuntungan ini padaku.

Terlepas dari itu semua, seperti yang pernah kukatakan, aku akan mengikuti alur kemana saja kisah hidupku dibawa. Aku tak pernah membangun ekspektasi terlalu tinggi untuk sesuatu yang belum tentu terjadi. Rasanya akan lebih baik kalau aku sibuk mempersiapkan diri untuk hal apapun yang terjadi nanti.

"Ran, nanti pulang sekolah bareng, ya?" Kedatangan Kak Vela dan Milly membuatku ingin menghilang saja dari tempat ini sekarang juga.

"Tapi anterinnya sampe depan gerbang langsung, jangan belok ke rumah lo dulu." Kak Vela kembali berujar dengan senyuman yang kumengerti maksudnya.

Iya, dia sedang menyindirku dan Arvelo.

"Rumah lo 'kan gak pake gerbang, La." Asep menyahut yang langsung mendapat geplakan di kepalanya.

"Gak asyik lo. Minggat sana!"

"Gini-gini gue bisa melengserkan posisi lo sebagai adik kesayangan si Abang, loh." lagi, Asep mendapat geplakan di kepalanya untuk yang kedua kali.

Cowok tengil satu itu memang hobi mencari-cari masalah.

🍭🍭🍭

Next, gak?


Btw, cerita ini rekomended banget buat kalian yang sering ngehalu dikelilingi cogan-cogan:)

Kalau punya temen yang sering melakukan hal di atas, coba ajak mampir sini! Wkwk.

See you next chapter, guys!

Salam sayang,

Liana
26 desember 2020 (revisi)

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang