-Arvelo'40

2.8K 274 57
                                    

Sebelum baca part-nya, tolong baca ini dulu ya, penting!

Buat yang belum join gc Proklisi masih ada waktu sampai nanti malem. Cek part sebelumnya.

Kenapa harus banget join? Seperti yang aku bilang, bakal ada ekstra part yang gak aku publish di wp.

And, buat yang baca cerita GIBRAN, nanti juga bakal ada part yang gak dipub di wp.

Jangan sampai nanti kalian baru nanya gc-nya masih opmem apa gak. Karena kita gak tau bakal opmem dalam waktu dekat atau tidak.

So, jangan lupa join, ya;)

=ARVELO=

"Anjir! Beneran masih perawan?" heboh Asep. Cowok itu menarik sprai dari pegangan Leo, lalu memperhatikannya dengan seksama. "Terus, sekarang gimana?" lanjutnya.

"Lo pake pengaman gak, Za?" pertanyaan polos Milly sukses membuatku menatap horor ke arahnya.

"Mil, lo pikir dalam keadaan mabuk berat gue masih keinget sama begituan?"

"Mau gak mau, lo harus tanggungjawab sama perbuatan lo, Za. Lo harus temuin tuh cewek. Kemungkinan buruknya, dia bisa aja hamil," ujar Leo.

Eza mengerang. Agaknya frustasi dengan apa yang ia alami. "Gue mau tanggung jawab tapi, di sisi lain gue belum siap kalau tuh cewek sampai hamil. Gila! Kelulusan aja belum, masa gue udah punya anak?"

"Lo mau ngulangin kebrengsekan lo lagi, Za?" tanya Arvelo tajam.

Dengan wajah lesu, cowok ber-hoodie hitam tersebut mengeluarkan sebuah kartu identitas dari tasnya. "Ini gue dapetin dari Bang Roky. Katanya, itu kartu identitas punyanya cewek yang sama gue malem itu. Mungkin sengaja ditinggal karena kartunya ketumpahan air."

Tangan besar Randi yang duduk di samping Arvelo menarik kartu tersebut. Aku ikut mencondongkan tubuh karena penasaran.

Benar, kartunya blur mungkin karena ketumpahan air minum. Di sana, hanya ada nama belakang serta sepenggal alamat yang masih tertulis cukup jelas.

Clarine. California. Aku mengejanya dalam hati.

"Kemungkinannya ada dua, nih cewek lahir di California yang artinya asli orang sana, atau pernah tinggal di California," gumam Randi.

"Terus, sekarang gimana? Yakali kita cari dia ke California. Itu juga belum tentu tuh cewek balik ke sana. Siapa tahu masih di Indo," ujar Galang.

"Soal ini gampang. Yang terpenting sekarang, lo harus persiapin diri buat tanggungjawab. Apapun yang akan terjadi nanti, gue harap lo gak lupa tugas lo sebagai cowok, Za. Bertanggungjawab, jangan cuma mau enaknya doang," tutur Arvelo. Dengan mulut membisu, Eza menganggukkan kepalanya. Walau terbesit keraguan di sana namun, aku yakin Eza tengah berusaha mempersiapkan diri untuk kemungkinan-kemungkinan yang terjadi nanti.

"Jangan ulangin ini lagi, Za. Kalau lo punya masalah, bagi sama kita. Jangan bikin sahabat-sahabat lo ngerasa gak berguna," timpal Kak Vela.

Eza mengangguk. Setelahnya, suasana hening kembali. Kami sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sampai akhirnya, suara decitan kursi memecah keheningan. Kek Rhea bangkit dari duduknya dan berlari meninggalkan kantin.

Eugh! Sepertinya kami melupakan sesuatu.

"Gak usah, Za! Biar kita bertiga yang nyusulin Rhea. Kalian lanjutin aja," larang Kak Vela saat Eza sudah bersiap akan menyusul tambatan hatinya tersebut.

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang