-Arvelo'33

3K 299 144
                                    

Syukurnya keadaan Arvelo sudah membaik, hingga senin paginya cowok itu bisa bersekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Syukurnya keadaan Arvelo sudah membaik, hingga senin paginya cowok itu bisa bersekolah. Bahkan, ia menawarkan tumpangan padaku hingga membuatku mau tak mau menerimanya. Terlebih, keisengan Ayah dan Bunda yang meninggalkanku. Shaidan pun sama, anak itu pergi lebih dulu menggunakan motor.

Seperti dugaanku, yang paling heboh mengetahui aku berangkat sekolah bersama cowok itu adalah kembarannya.

Aku tidak tahu pasti alasan kenapa setelah Arvelo sakit minggu lalu, keadaan seolah berubah, kembali seperti semula. Mereka kembali gencar menjodoh-jodohkanku dengan cowok itu. Walaupun, tidak se to the point dulu. Yang pasti, aku merasa semuanya berangsur seperti semula.

Entah apa yang terjadi. Aku benar-benar tidak tahu.

Setelah kejadian seminggu lalu, malam ini, untuk pertama kalinya aku diizinkan malam mingguan oleh Bunda. Alasannya sudah pasti Arvelo. Juga bujukan maut sahabat-sahabatku yang meyakinkan kalau aku aman bersama mereka.

Awalnya, Bunda tidak terpengaruh dengan ucapan mereka. Namun, ketika Arvelo yang angkat bicara, wanita itu langsung mengiyakan.

Ajaib sekali, bukan?

Gilang malam ini live acoustic di cafe milik Tante Dhania. Aku dan sahabat-sahabatku sengaja ingin menonton karena katanya, vocalis-nya itu gebetan Gilang yang baru. Aku bahkan sempat kaget saat Randi mengatakan Gilang berjanji akan insaf jadi playboy kalau mendapatkan cewek incarannya kali ini.

Selain itu, karena mulai bulan depan sudah masuk bulan sibuk untuk kelas dua belas, maka ini mungkin akan jadi penampilan terakhir Gilang.

Menurut informasi yang kudapat dari Tante Dhania langsung, R.A.G Cafe itu memiliki dua cabang. Yang satunya di Bandung. Dan katanya, dua cafe yang dibangun Om Rafael sejak dia masih SMA tersebut akan diserahkan pada Kak Vela dan calon istri Arvelo. Aku tidak mau dicap terlalu pede namun, Tante Dhania sempat tak sengaja mengatakan bahwa aku yang akan mengurus salah satu cafe miliknya tersebut. Bahkan masih kuingat dengan jelas perbincangan kami kala itu di rumahnya.

"Nanti cafe yang diwarisin ke Velo kamu yang urus, mau ya, Shen?" mintanya.

"Loh, kok saya, Tan? Kan katanya buat calon istrinya Velo."

Wanita paruh baya yang nampak cantik dengan gamis serta jilbab yang dikenakannya tersebut tersenyum penuh arti. "Jodoh kan gak ada yang tau," katanya.

Sejak saat itu aku sadar, ternyata bukan hanya Bundaku yang ingin aku dengan Arvelo, tapi Mamanya cowok itu juga menginginkan hal yang sama.

Suara genjrengan gitar membuyarkan lamunanku. Terlihat Gilang dengan seorang gadis manis di sampingnya sudah siap di atas pentas. Keduanya berbincang sesaat, lalu si cewek tersenyum. Dan kalian akan dibuat ikut tertegun melihat bagaimana Gilang menatapnya.

"Selamat malam semuanyaa!" sapa cewek yang kuketahui bernama Thea tersebut.

"Malammm!" jawaban dari pengunjung cafe, termasuk kami yang duduk di dua sofa panjang di sudut kanan cafe.

Sofa ini membentuk huruf V dengan meja yang dibentuk sama. Katanya ini tempat yang disediakan khusus untuk sahabat-sahabat Arvelo.

Aku diapit oleh si kembar. Kak Vela yang memaksa Arvelo untuk duduk di samping kiriku, dan dia di samping kanan.

"Apa kabar semuanya? Semoga selalu baik, ya. Nama saya Maurine Grithea Agra. Kalau kepanjangan, kalian bisa panggil Thea. Gak perlu saya perkenalkan, kalian sudah tahu pastinya siapa gitaris di samping saya ini." Setiap perkenalannya diiringi alunan lembut petikan gitar Gilang.

Thea tertawa lembut. Tawanya saja amat merdu, apalagi suara nyanyiannya. Pantas Gilang mengincar cewek itu.

"Lagu 'Katakan Cinta' akan mengawali pertemuan kita malam ini. Semoga setelah dengerin lagu ini, kalian bisa sadar ya. Karena kesempatan gak selalu datang dua kali. So, jangan menyia-nyiakan apa yang kalian genggam saat ini. Ruang, waktu, kesempatan, rasa, dan orang yang kalian miliki sekarang, bakal kerasa berharganya kalau sudah tak termiliki lagi. Jadi, jangan menunda apa yang seharusnya kalian tuntaskan. Ungkapkan apa yang memang ingin kalian ungkapkan. Jangan membohongi rasa, itu tidak akan mengubah semuanya menjadi lebih baik."

Tidak lama kemudian, petikan gitar Gilang yang semula samar, kini mengalun membentuk sebuah melody yang pasti. Penampilan mereka berhasil menghipnotis para pengunjung cafe yang ikut menikmati seperti halnya aku dan sahabat-sahabatku. Tidak sedikit dari mereka yang merekam penampilan Gilang dan Thea, lalu dijadikan snapgram.

Aku ikut merekam saat bagian reff lagu.

Sahabat-sahabatku ikut bernyanyi di bagian ini, termasuk juga aku.

"Katakan sayang, bila sayang. Katakan cinta, bila cinta."

"Jangan coba berpura-pura, seperti tak ada rasa. Tapi di hati ..., sayang."

Selain perasa, aku itu termasuk orang yang lumayan peka terhadap sesuatu. Termasuk ketika Arvelo menyanyikan lagu sambil menatap ke arahku dengan tatapan yang tak kumengerti maksudnya.

🍭🍭🍭

Setelah menyanyikan kurang lebih lima lagu, Gilang dan Thea dipersilakan istirahat terlebih dulu. Gilang mengajak teman duetnya tersebut untuk bergabung bersama kami.

Sebagai sesama perempuan, kuakui gadis itu cantik. Pipinya sedikut chubby, membuatnya juga terlihat menggemaskan. Ia tersenyum lebar, tidak lupa memperkenalkan dirinya.

"Oh, ini yang bikin si playboy cap kaleng kerupuk geng-nya Proklisi insaf?" celotehan Eza mendapat pelototan dari Gilang.

"Jadi Gilang beneran playboy, ya?" tanya Thea.

Kami mengangguk serempak. Sedangkan Gilang kulihat mengacak rambut, agaknya frustasi dengan kejujuran kami. Aku sampai tergelak dibuatnya.

"Langganannya kena gampar cewek-cewek dia, The," timpal Leo.

Thea kontan menoleh ke arah Gilang. "Serius?"

Gilang sampai dibuat gelapan oleh hal tersebut. "Dapet lo, gue insaf, The."

Balasan cowok yang malam ini terlihat kece dengan jaket boomber, kaos putih, serta jeans hitam itu ditanggapi Thea dengan tawa kecil.

Aku sudah seperti cenayang karena berani menebak, kalau Thea hanya menganggap ucapan Gilang sebagai candaan.

Tapi, jujur saja, orang di sekitarku ini mudah sekali tertebak, kecuali Arvelo, dan Leo, tentunya. Kuharap kalian tidak lupa bagaimana aku sering mengeluh karena sulit sekali mengartikan apapun yang dilakukan Arvelo, terlebih senyum tipisnya. Juga, tentang Leo yang begitu lihai menyembunyikan perasaannya padaku selama ini.

🍭🍭🍭

Ekhem! Gak kerasa udah sampe part ini ternyata. Udah siap sama yang lebih-lebih? Wkwk. Spam komen ayo!

Suara rp Thea yang nyanyi lagu 'Katakan Cinta' ada di instagram aku ya gengs. Di highlight-nya. Jangan lupa dengerin ya, adem wkwk.

F

ollow instagram-nya @lianastories_05


Liana
23 juli 2020
21 feb 2021 (revisi)

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang