-Arvelo'27

2.8K 312 110
                                    

Baca Author Note

🍭🍭🍭

Kupingku pengang oleh suara Kak Vela yang sejak kemarin terus-terusan berkata 'jodoh gak bakal kemana' setiap kali aku mengingatkan ia bahwa Arvelo sekarang sudah memiliki pacar.

Iya, jodoh memang tak akan kemana tapi, saingannya yang di mana-mana!

"Si Vela bakal tumpengan kali kalau lo sampe beneran jadian sama si Velo." perkataan Asep kusetujui dalam hati. Kembaran dari cowok yang kusukai itu berkemungkinan besar mengadakan party dadakan jika aku benar-benar jadian dengan Arvelo.

"La, dari pada lo ngurusin si Shena sama si Velo, mending lo urusin diri lo sendiri dulu," ujar Leo dengan cibiran khasnya.

"Apa sih, lo? Sewot banget sama hidup gue," balas Kak Vela.

"Ngaca! Lo sewot mulu sama hidup kembaran lo. Biarinlah dia nentuin pilihannya sendiri. Udah gede, udah tahu mana yang baik dan mana yang enggak. Repot banget deh, heran gue sama lo." Leo membalas tak mau kalah. Bahkan cowok itu sempat menoyor kening Kak Vela, yang tentunya mendapat pelototan kesal dari cewek itu.

"Gue gak maksa Velo buat jadian sama Shena. Tapi, apa yang salah dengan berharap? Toh, gue juga berharap yang baik-baik buat kembaran gue."

Sepertinya perdebatan itu tak akan cepat berakhir jika tidak segera dilerai. Jadi, kutarik saja tangan Kak Vela menjauh dari Leo.

Kutendang paha Asep yang sedang duduk di atas rerumputan sambil memakan keripik kentang. Tidak terlalu kuat, namun berhasil membuat cowok itu mendongakan wajah.

"Tali sepatu gue," kataku yang langsung dimengerti olehnya.

Setelah ikatan tali sepatuku diperbaiki Asep, aku membawa Kak Vela pergi dari taman sekolah. Meninggalkan Asep dan Leo berdua saja di sana.

Aku mendengkus geli tak kala memergoki Kak Vela yang sedang menjulurkan lidah kepada Leo, dibalas cowok itu dengan acungan jari tengah.

Percayalah! Sahabat-sahabatku itu kalau berantem tidak pernah serius.

Karena tidak tahu harus membawa Kak Vela kemana, akhirnya kuajak saja ia untuk jajan di kantin kelas sepuluh. Sekaligus menyusul Milly dan Kak Rhea yang tadi sudah lebih dulu ke sana.

Baru satu langkah masuk kantin saja, aku sudah bisa menemukan Milly dan Kak Rhea sedang mengantri di stand minuman.

Aku sudah akan menegur salah satunya, jika saja pemandangan dimana Eza sedang memegang tangan Kak Rhea tidak tertangkap indra penglihatanku.

Sebenarnya, sudah sejak lama aku curiga dengan dua orang itu. Interaksi Kak Rhea dan Eza itu seperti ..., tak biasa.

Bahkan kerap kali aku memergoki mereka sedang jalan berdua.

"Kenapa, Shen?"

"Kak, ada yang gue belum tahu, ya?" tanyaku yang dibalas Kak Vela dengan kata 'Ha?' sebagai spontanitas. "Soal Kak Rhea sama Eza," lanjutku. Memperjelas pertanyaan sebelumnya.

"Oh, soal mereka." sebelum menjelaskan, Kak Vela menarikku untuk duduk salah satu set meja paling ujung. "Eza itu udah suka sama Rhea dari kelas sepuluh. Sayangnya, Rhea belum bisa bales perasaan dia. Tapi, kayaknya sekarang tuh anak udah bisa nerima Eza. Makin deket juga keliatannya."

Mulutku ternganga kecil setelah mendengar penjelasan tersebut. "Kok gue gak tahu?"

"Kan lo gak nanya."

Aku mendengkus kasar sebagai respon dari balasannya.

"Shena adikku tercintah!"

Mataku mendelik disertai hembusan nafas kasar.

ARVELO (Want You With Me)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang