Toxic area.⚠️
Komedi Romance
Sequel Azila.
Cerita bisa dibaca terpisah.
"Gue nggak suka cewek."
"Berarti, Kak Altair, gay?"
Galaksi Altair M. Remaja yang bosan mengenal cinta bahkan sampai sebagian beranggapan kalau dirinya adalah penyuka sesama.
N...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat bel pulang berbunyi di seluruh penjuru SMA Rajawali, semua pelajar berhamburan keluar kelas dan beranjak untuk pulang ke rumah masing-masing. Walaupun masih ada beberapa dari mereka yang terlihat stay di sekolah hanya sekedar untuk melakukan ekskul.
Alena berjalan melewati parkiran dan berhenti tepat di samping gerbang sekolah, ia mendudukkan bokongnya pada kursi kayu yang berada di bawah pohon mangga sembari mengeluarkan ponselnya. Hari ini Alena memutuskan pulang naik angkot saja. Alena tidak sendiri, ia juga bersama beberapa pelajar lain yang sama-sama menunggu angkutan umum untuk pulang.
Beberapa saat berlalu, fokus Alena buyar saat sebuah motor berhenti tepat di hadapannya. Dengan cepat Alena mengangkat wajahnya dan terkejut saat mendapati Alta yang kini tengah menatapnya dari balik helm yang dikenakan cowok itu. Dapat Alena lihat sorot mata tajam Alta walaupun terhalang kaca helm.
"Hari Senin setelah istirahat pertama gue tunggu di perpus!" Alta berucap dingin dengan ekspresi datar. Rencananya Alta ingin belajar bersama mengingat mereka sekarang adalah partner olimpiade yang tentu saja berharap bisa membawa nama baik sekolah. Namun, mengingat besok hari minggu dan yang pasti semua sekolah libur, maka Alta akan mulai belajar bersama di hari senin. Alta melirik kaca spionnya dan melihat mobil Deri mulai keluar dari pekarangan sekolah. Tanpa bicara lagi, Alta kembali melajukan motornya meninggalkan Alena yang menatapnya bingung.
Alena masih diam di tempatnya mencerna ucapan Alta barusan. Hingga suara klakson mobil berhasil membawa Alena ke dunia nyata, ia menoleh dan menemukan sebuah mobil terhenti tepat di depannya. Alis Alena bertaut hingga beberapa detik setelahnya, ia tersenyum saat si empunya mobil keluar yang tidak lain adalah Deri Anggara.
"Belum balik?" tanya Deri yang dijawab anggukan singkat oleh Alena.
"Belum nemu angkot," jawab Alena singkat.
"Ya udah, bareng gue aja kalo gitu!" tawar Deri. Namun, dengan cepat Alena menggeleng.
"Nggak usah, Kak. Aku takut ngerepotin."
Alis Deri berkerut menatap Alena bingung hingga beberapa saat kemudian ia tertawa pelan. "Nggak papa, santai aja. Lo pulang sama gue." Deri melangkah membuka pintu mobil untuk Alena yang masih diam di tempatnya.
Deri terkekeh kecil. "Nggak sama sekali," jawabnya meyakinkan.
Alena tidak punya pilihan lain, ia akhirnya memutuskan menerima tawaran Deri untuk pulang bersama. Alena masuk ke dalam mobil cowok itu dan duduk di samping kemudi.
"Rumah lo di mana?" tanya Deri mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota.
"Jalan Cempaka," jawab Alena.
"Berarti kita searah," balas Deri.
Alena hanya membalasnya dengan senyuman, ia lebih memilih mengarahkan pandangannya ke luar jendela menikmati suasana kota yang ramai seakan tidak pernah tidur.