74 || Gagal Move On

3.8K 317 12
                                    


Satria kembali menemui Alena di ruang tengah dengan membawa kotak obat di tangannya guna mengobati luka gadis itu di wajahnya akibat terkena cakaran Vioni saat berkelahi tadi.

"Kok lo bisa berantem sama tuh cewek. Emang dia siapa sih?" Satria mendudukkan bokongnya tepat di samping Alena.

"Bukan urusan, Abang!" ketus Alena tanpa melirik lawan bicaranya.

Satria menghela napas pelan, ia mengarahkan pandangannya pada Alena. Memperhatikan luka cakaran di wajah dan leher gadis itu.

"Gue nanya dia siapa? Dan kenapa Alta cuma diem ngeliat lo diperlakuin kayak gitu?!" cerca Satria.

"Dia cewek yang dijodohin sama Altair!"

Satria seketika diam mendengar jawaban Alena. Ia menatap gadis di hadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Dia juga orang yang udah ngerebut Davin dari Lena dulu," cicit Alena sekilas melirik Satria.

"Harusnya, Bang Satria nggak usah misahin Lena buat bunuh tuh cewek!" geram Alena bahkan sampai meremas udara di depannya guna meredam emosinya.

"Nggak boleh gitu ...," peringat Satria.

"Tapi ini gara-gara Bang Satria. Harusnya tadi biarin aja Lena nyekik lehernya sampe innalillah." Alena menggeram kemudian mencakar wajah Satria membuat cowok itu memekik tertahan.

"Lo marahnya sama dia, tapi kenapa gue yang dijadiin pelampiasan?!"

"Karena Bang Satria udah misahin aku sama tuh cewek!" jawab Alena geram. "Harusnya tadi dibiarin aja."

"Nanti kalo anak orang masuk rumah sakit, terus dia meninggal, gimana?"

"Ya bodo amat. Yang penting dendam Lena sama dia terbalaskan!" jawab Alena enteng.

"Lo tuh kek orang kesurupan reog tau, nggak?!"

Alena seketika menatap tajam Satria.

"Lo lagi pms ya?" tanya Satria menelisik wajah Alena.

"Kalo iya, kenapa?"

"Pantesan kek singa betina lepas kandang!" gumam Satria pelan hampir seperti berbisik, tapi nyatanya masih bisa didengar oleh di telinga Alena.

"Ngomong apa tadi?" Alena berkacak pinggang menatap Satria dengan tatapan menghunus.

"Nggak. Gue cuma becanda!"

"Tau ah, Lena capek!" Alena bangkit dari duduknya dan meninggalkan Satria yang langsung menoleh ke arahnya.

"Tapi luka lo belum diobatin. Nanti kalo Mama gue liat, gimana?!"

"Bodo amat!" balas Alena sembari melangkah menaiki satu persatu anak tangga dan mengabaikan panggilan Satria.

Sepeninggal Alena dari ruang tengah, Satria merogoh saku celananya kemudian mencoba untuk menghubungi Altair. Namun, nomor telepon cowok itu tidak aktif membuat Satria mendengus kesal.

***

Alta mengendarai motornya seperti orang kesetanan membelah jalan raya yang selalu ramai oleh para pengendara. Bahkan ia terlihat beberapa kali menerobos lampu merah membuat banyak pengendara mengeluarkan sumpah serapahnya.

Namun, Alta sama sekali tidak perduli. Saat hari hampir malam, ia semakin menambah laju kendaraannya. Karena pikiran yang semakin kacau membuat Alta membelokkan motornya menuju rumah Ardan.

Selang beberapa menit, akhirnya Alta memarkirkan motornya di depan halaman rumah Ardan. Terlihat mobil Yoga juga terparkir di sana membuat Alta dengan cepat turun dari kuda besi kesayangannya.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang