54 || Amarah

3.8K 353 13
                                    

Hi, selamat malam. Update lagi, jangan lupa tinggalin jejak. Satu vote dari kalian sangat berarti buat aku.

Happy Reading.
Banyak typo, soalnya males ngerevisi.
.
.

"Dhea ...!" seru Alena saat pertama kali memasuki kelas membuat Dhea yang duduk di pojok kelas tersentak kaget karena teriakan Alena.

"Astagfirullah, jantung gue!"

"Oleh-oleh buat aku mana?" Alena berjalan mendekat ke arah Dhea yang menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

"Oleh-oleh apaan?" tanya Dhea mendelik.

"Kemarin kamu jalan-jalan sama Bang Satria."

"Terus ...?"

Alena berdecak kesel. "Oleh-oleh buat adik ipar mu, nggak ada?"

"Eh Maesaroh. Gue sama Abang lo cuma pergi makan, bukan pergi bulan madu." Dhea yang sudah geram refleks menonyor kening Alena cukup kencang membuat Alena meringis.

"Tapi, 'kan---"

"Udah ah, lo mah ganggu waktu gue aja." Dhea berbalik kembali duduk di tempatnya semula kemudian melanjutkan aktifitasnya membalas chat dari Satria yang sempat tertunda tadi.

Sementara di waktu yang sama tapi di tempat yang berbeda. Alta melangkah masuk ke kelas bertepatan dengan suara bel pertama berbunyi. Hari ini Alta merasa sedikit lebih baik setelah hubungannya dengan Alena kembali membaik.

"Tumben muka lo bahagia banget," sindir Ardan terdengar saat Alta duduk di kursi miliknya.

"Iya lah," jawab Alta singkat sembari tersenyum lebar.

"Gini nih, kalo habis punya masalah tapi nggak pernah cerita ke sahabatnya," sindir Yoga terdengar menohok.

"Katanya sih sahabat, tapi apa-apa dipendam sendiri nggak mau bagi-bagi," sambungnya terkekeh kecil.

"Yoga ...?" Ardan melirik ke arah Yoga memberi isyarat untuk cowok itu tetap diam. Namun, yang nanya Yoga tetaplah Yoga.

"Apa?" sinis Yoga terdengar acuh. Cowok itu bangkit dari duduknya dan melenggang pergi meninggalkan kelas.

"Woy, mau ke mana lo?" teriak Ardan.

"Nyari cewek!" jawab Yoga asal.

Ardan kini mengarahkan pandangannya pada Alta karena wajah Alta mendadak terlihat muram.

"Ta, lo nggak papa?" tanya Ardan membuat Alta seketika menoleh.

"Nggak papa." Alta tersenyum tipis, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Ucapan Yoga tadi benar-benar membuat Alta merasa bersalah.

"Ardan," panggil Alta membuat si empunya nama seketika menoleh.

"Apa?"

"Gue mau cerita sama lo," ucap Alta.

"Cerita aja, gue dengerin, kok."

"Nanti pas istirahat," ucap Alta yang langsung dijawab anggukan oleh Ardan.

Suasana kelas yang tadinya ramai mendadak senyap saat salah seorang guru yang terkenal killer memasuki kelas. Para pelajar langsung duduk di tempatnya masing-masing dengan tenang.

"Selamat pagi anak-anak," sapanya terdengar menyeramkan.

"Selamat pagi, Pak," jawab penghuni kelas secara bersamaan.

"Oke, hari ini kita lanjutkan pembahasan materi minggu lalu. Tugas yang sama berikan segera dikumpulkan. Yang tidak mengerjakan, silahkan segera ke lapangan dan berdiri di sana!" ucapnya tegas.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang