42 || Mood Cewek

5K 480 10
                                    

Happy Reading
Sebelum baca, jangan lupa tekan vote dulu yaa:(

Sesuai judul. Author ngetik part ini nggak mood sama sekali. Jadi kalo ada typo, kasih tau aja biar langsung diperbaiki.

"Motor lo aman di bengkel temen gue. Sekarang gue anter lo pulang!" ucap Davin.

Alta masih diam menatap Davin penuh selidik.

"Nggak usah berpikir gue bakalan jahat sama lo. Ayok, ini udah malem."

"Gue nggak bakal semudah itu percaya sama lo," ucap Alta masih pada posisinya semula.

Davin menghela napas pelan sembari menyugar rambutnya ke belakang menatap Alta dengan tatapan jengkel.

"Kalo lo nggak percaya, ya udah lo aja yang bawa mobil gue." Davin menyerahkan kunci mobilnya lada Alta yang masih saja menatapnya penuh selidik.

"Kalo nggak mau, ya udah." Davin mengangguk, kembali hendak memasukkan kunci mobil ke dalam saku jaket yang ia kenakan. Namun, Alta menahannya.

"Gue yang bawa mobil." Alta maju dan langsung merampas kunci mobil milik Davin dengan kasar. Setelah itu ia berbalik langsung masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.

Sementara Davin hanya bisa memutar bola matanya malas, ia juga melangkah memasuki mobil dan duduk di kursi samping kemudi.

"Lo bisa bawa mobil, kan?" tanya Davin yang terdengar meledek.

"Jangankan bawa mobil. Bawa lo ketemu Tuhan aja gue bisa," balas Alta seketika membuat Davin menatapnya tajam.

"Nggak masalah sih, kalo ketemu Tuhan nya langsung sama lo," celetuk Davin.

"Diiihh?" Alta mendelik, ia lantas mulai melajukan mobil tersebut membelah jalan yang sepi.

Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan yang terjadi, Davin sibuk dengan ponselnya sementara Alta sibuk dengan pikirannya. Tentang Davin yang tiba-tiba berubah tidak seperti biasanya.

"Gimana keadaan, Alena?" Davin tiba-tiba bersuara memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Gue nggak bermaksud apa-apa," sela Davin cepat saat menyadari tatapan Alta. "Gue cuma pengen tau keadaan dia," sambungnya.

"Sejauh ini, Alena baik-baik aja," jawab Alta terus memfokuskan pandangannya ke depan.

"Waktu itu lo pernah bilang kalo Alena hampir jadi korban pelecehan."

"Iya. Dan pelakunya musuh gue sendiri di sekolah," ucap Alta. "Tapi dia sekarang udah mendekam di penjara," sambung Alta.

"Syukurlah kalo gitu." Davin menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mobil. Cowok dengan tindik di telinga kirinya memejamkan matanya sejenak.

"Gue tau gue emang brandalan, bahkan kalo soal perempuan itu udah jadi mainan gue." Nada suara Davin terdengar berubah tidak seperti biasanya.

"Gue hampir pernah main sama semua cewek yang gue kenal," ucap Davin.

"Kecuali Alena!" lanjut Davin cepat saat melihat Alta hendak membuka suara.

"Hampir tiga tahun gue pacaran sama dia, gue nggak pernah berbuat lebih. Gue nggak tau kenapa." Davin mengedikkan bahunya tidak mengerti.

"Berarti Alena spesial di hidup lo," celetuk Alta.

"Tapi sekarang, dia udah jadi milik lo." Davin terkekeh kecil, kembali memejamkan matanya dan menyugar rambutnya ke belakang menggunakan jari.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara mereka berdua. Alta terus melajukan mobil tersebut di atas jalan raya.

Hingga lima belas menit berlalu, Alta menghentikan laju kendaraan yang ia bawa di depan sebuah gerbang rumah yang menjulang tinggi.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang