Halo, selamat malam. Ketemu lagi sama cerita Alta. Ada yang udah kangen? Atau bahkan lupa sama cerita ini?
.
.
Sebelum baca, Sabi kali kalo tekan bintang lebih dulu. Biar sama-sama enak..
.
.
.Alena meneguk ludahnya susah payah saat ia berdiri tepat di depan pintu yang bertuliskan, 'Ruang Konseling'.
Untuk beberapa saat Alena diam mengatur napas sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu kayu itu.
"Silahkan masuk!" Suara dari dalam terdengar dan itu semakin membuat degup jantung Alena berpacu dengan cepat.
Dengan tangan sedikit gemetar, Alena membuka pintu tersebut dan hal pertama yang menyambut pemandangannya adalah ruangan konseling yang terlihat begitu menyeramkan.
"Silahkan masuk, Alena." Suara dari Pak Adam membuat Alena menoleh dan mengangguk pelan, ia melangkah dan mendudukkan bokongnya pada kursi yang berada di sana.
"Kamu pasti bertanya kenapa kamu bisa dipanggil ke sini?" tanya Pak Adam. Alena lantas mengangguk, tentu saja ia bingung kenapa bisa dipanggil. Padahal Alena sama sekali tidak pernah membuat masalah sedikit pun.
"Ini semua karena kelakuan mereka!" ucap Pak Adam menunjuk Deri dan Alta menggunakan dagunya.
Sontak Alena mengarahkan pandangannya pada Alta dan Deri yang sama-sama babak belur akibat perkelahian tadi. Hanya saja wajah Alta sedikit lebih aman dari pada Deri.
"Mereka mengaku berkelahi karena kamu," ujar Pak Adam yang membuat Alena diam, tapi wajahnya terlihat terkejut bukan main.
Pak Adam berdehem singkat, pria itu mengarahkan pandangannya pada Alta dan Deri secara bergantian.
"Seharusnya kalian berdua bisa jadi panutan adik kelas kalian. Kalian berdua sudah kelas dua belas, sebentar lagi masuk dunia perkuliahan. Masalah sepele sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik, bukan dengan cara berkelahi seperti tadi," ucap Pak Adam terdengar syarat akan arti.
"Apa lagi kamu Deri," sambung Pak Adam yang membuat Deri sontak mendongakkan wajahnya. "Kamu yang seharusnya memberi contoh untuk pelajar yang lain. Kamu itu mantan ketua osis. Semua guru bahkan memuji ketegasan kamu saat masih menjabat dulu," sambung Pak Adam.
"Maaf, Pak," sesal Deri.
Pak Adam menghela napas pelan, ia melepas kaca mata yang sedari tadi bertengger di hidungnya. Suasana tiba-tiba menjadi hening untuk beberapa saat. Alena kembali mengarahkan pandangannya pada Alta dan di saat yang bersamaan cowok itu juga tengah menatapnya.
"Ini adalah kali kedua kalian berdua masuk ruangan saya." Suara Pak Adam kembali mengalihkan perhatian Alena. Gadis itu yang sedari tadi diam seribu bahasa memilih mengarahkan pandangannya pada Pak Adam yang tengah memperhatikan Deri dan Alta secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi Altair [END]
Novela JuvenilToxic area.⚠️ Komedi Romance Sequel Azila. Cerita bisa dibaca terpisah. "Gue nggak suka cewek." "Berarti, Kak Altair, gay?" Galaksi Altair M. Remaja yang bosan mengenal cinta bahkan sampai sebagian beranggapan kalau dirinya adalah penyuka sesama. N...