26 || Don't Touch

7.6K 583 67
                                    

Hai, selamat malam. Kembali lagi sama cerita ini..
Gimana kabar kalian? Jangan lupa jaga kesehatan yaa, dan yang paling penting jangan lupa napas biar tetap hidup.

Follow juga akun author, oke?!
Oke. Happy Reading 🥰
.
.
.

Hubungan antara Alta dan Alena benar-benar renggang. Mereka bahkan tidak pernah bertegur sapa saat tanpa sengaja berpapasan di koridor sekolah. Apa lagi setelah beberapa hari yang lalu Alena sudah resmi menjadi pacar Deri. Bahkan Alta sendiri menyaksikan saat Deri menyatakan cintanya pada Alena di tengah lapangan.

"Nggak usah ngelamun!"

Alta tersentak kaget saat kulit kacang yang dilempar Ardan mendarat dengan sempurna di bibirnya. Ia menoleh dan menghela napas berat.

"Lo kenapa, sih?" tanya Yoga memperhatikan mimik wajah Alta karena sedari tadi cowok itu terlihat murung.

"Nggak papa," jawab Alta singkat.

"Yakin?" tanya Yoga sekali lagi, ia mengambil kucing peliharaan Alta di pangkuan cowok itu. Sementara Alta hanya mengangguk singkat dan meneguk minumannya karena posisi mereka saat ini berada di salah satu cafe favorit mereka bertiga.

"Pasti galau gara-gara, Alena sama Deri pacaran!" celetuk Ardan dan sontak saja Alta mendongakkan kepalanya menatap Ardan tajam.

"Kenapa? Emang faktanya kayak gitu!" kata Ardan santai sembari menaikkan sebelah kakinya di kursi.

"Lo tuh, aneh tau, nggak!" Kini Alta menoleh ke arah Yoga saat cowok itu membuka suara.

"Bukannya waktu itu lo yang nolak Alena. Sekarang, saat dia jadi pacar orang lain, lo marah cemburu!" cibir Yoga terdengar menusuk.

"Siapa yang cemburu?!"

"Ya lo lah, begok!" maki Ardan dan Yoga secara bergantian membuat Alta seketika kicep.

"Nah kan, kicep kan lo," cibir Yoga yang sama sekali tidak dibalas apapun oleh Alta.

Perbincangan ketiga cowok itu seketika terhenti saat tanpa sengaja pandangan Ardan tertuju pada salah satu meja di mana di sana teedapat Deri dan beberapa teman kelasnya.

"Itu si Deri!" tunjuk Ardan menggunakan dagunya. Sontak saja Yoga dan Alta menoleh ke belakang dan benar saja, mereka mendapati Deri yang tengah berbincang dan terlihat sesekali tertawa lepas. Sepertinya Deri dan beberapa temannya belum menyadari keberadaan Alta, Yoga dan juga Ardan.

"Ya udah lah, biarin aja," sinis Alta acuh. Namun, tubuh Alta seketika menegang saat tanpa sengaja indera pendengarannya menangkap percakapan Deri di meja sebelah sana.

"Anjir, lo kapan mau nyoba cewek lo?"  Cowok dengan kalung salib bernama Cristian melontarkan pertanyaan yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Deri.

"Nunggu apa lagi sih anjir? Mumpung bagus, tuh!" timpal Andro.

"Lagian gue liat juga, cewek lo masih polos. Pasti enak tuh." Cristian kembali membuka suara diiringi gelak tawa.

"Tapi main sama perawan menurut gue kurang bebas, anjir!" ucap Andro sembari mengepulkan asap rokok dari mulut dan hidungnya.

"Gue bakal pake si Alena, tapi bukan sekarang!" ucap Deri setelah beberapa lama terdiam.

"Lo mau nunggu apa lagi, anjing?!" umpat Cristian bengis.

"Gue bakal pake cewek itu buat manas-manasin Altair." Deri tersenyum licik menatap kedua sahabatnya secara bergantian.

Mendengar hal itu, sontak saja rahang Alta mengeras. Ia hendak bangkit, tapi dengan cepat Ardan menahan pundaknya.

"Tahan, bro!" ucap Ardan syarat akan perintah.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang