53 || Baikan?

3.5K 312 51
                                    

Hai, balik lagi.

Sebelum baca, jangan lupa tekan tanda bintang dulu.

Enjoy your time. And happy Reading 😊

.
.

Davin memarkirkan mobilnya di depan sebuah cafe yang cukup ramai, ia kemudian merogoh saku celananya mengambil benda pipih yang sebelum ia simpan di sana. Davin mendial nomor seseorang hingga panggilan berhasil tersambung.

"Ke cafe tempat biasa sekarang," ucap Davin to the point.

"Ngapain? Mau minta balikan ke gue? Sorry deh, gue udah punya yang lebih dari lo."

Davin memutar bola matanya malas saat mendengar suara Vioni dari seberang sana. Cewek sialan itu benar-benar menguji kesabarannya.

"Gue tunggu lima belas menit. Kalo lo nggak datang, gue yang bakal samperin lo," final Davin kemudian memutuskan panggilan telpon.

Davin bergegas turun dari mobil kemudian melangkah menuju salah satu kursi yang ada di sana. Davin sengaja memilih kursi outdoor karena bisa menikmati suasana malam yang indah dengan jutaan bintang yang bertabur di langit. Ia juga memesan satu minuman untuk menemaninya malam ini.

Sembari menunggu kedatangan Vioni, Davin kembali membuka ponselnya. Membaca beberapa pesan yang dikirim oleh teman-temannya.

Setelah cukup lama menunggu, Davin mengangkat wajahnya saat seseorang duduk pada kursi di hadapannya. Sontak saja, Davin langsung melepas ponsel yang sedari tadi ia mainkan.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Vioni sedetik setelah mendudukkan bokongnya.

"To the point aja, gue nggak suka basa-basi," ucap Davin.

"Apa?"

"Jauhi, Altair!" ucap Davin tegas.

Vioni mengerutkan keningnya menatap Davin dengan tatapan bertanya. "Alasannya?"

"Karena dia nggak pantes dapet cewek murahan kayak lo," ucap Davin menohok.

Vioni terkekeh kecil, tapi hanya beberapa saat sebelum wajahnya kembali datar. "Alasannya cuma itu?" tanyanya.

Davin menggeleng. "Altair, pacarnya Alena!"

Mendengar nama Alena disebut sontak membuat Vioni tertawa girang, ia menatap Davin sinis.

"Really? Bocah tengil itu milik, Altair?"

Davin menggeram tertahan saat Vioni menyebut Alena dengan sebutan seperti itu. Kedua tangannya terkepal dengan kuat di atas meja.

"Woow!" Vioni bertepuk tangan. "Betapa hebatnya gue. Dulu gue bisa rebut lo dari Alena, dan sekarang ...." Vioni tidak melanjutkan ucapannya, cewek itu malah tertawa seperti orang gila.

"Hebat banget gue!" seru Vioni berteriak membuat sebagian besar pengunjung cafe menoleh ke arahnya.

"Terus, lo bangga gitu bisa jadi perebut pacar orang?" sinis Davin.

"Oh iya, dong!" Vioni mengangguk antusias.

"Gila lo." Davin menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan manusia seperti Vioni. Kenapa dulu ia bisa kenal dengan cewek gila satu ini?

"Tapi, yang harus lo ingat. Gue nggak bakal biarin lo rusak hubungan Alena sama Altair!" peringat Davin tidak main-main.

"You think I'd care? No, Dude!" Vioni menatap sinis mantan kekasihnya sembari terkekeh.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang