Hi, balik lagi. Setelah part ini update, mungkin cerita Altair bakal ngaret dulu beberapa minggu ke depan.
Happy Reading.
.
.
.Hari sudah malam, dan udara malam ini cukup dingin karena sejak sore tadi hujan turun cukup deras membasahi kota. Sementara Alta masih bergelung di bawah selimut sejak beberapa jam yang lalu.
"Altair ...." Pintu kamar terbuka menampilkan Azila yang datang membawa nampan berisi makanan dan juga minuman.
"Alta, makan dulu yuk, Nak." Azila meletakkan nampan tadi di atas nakas samping tempat tidur kemudian mendudukkan bokongnya di samping Alta yang masih tertidur pulas.
"Alta ...," panggil Azila lagi, ia menyingkirkan selimut yang menutupi wajah cowok itu.
"Hei, ayok bangun. Kamu dari pagi belum makan." Tangan Azila terulur menyentuh pipi Alta dan baru menyadari suhu tubuh cowok itu berbeda.
Demam?
"Altair!" Azila panik bukan main, ia menepuk pipi Alta beberapa kali membuat si empunya meringis.
"Badan kamu demam, Sayang."
Alta hanya mengangguk karena ia memang suhu tubuhnya sedikit berbeda ditambah lagi kepalanya berdenyut.
"Dingin, Bun ...," lirih Alta dengan mata terpejam sembari membenarkan selimut yang menutupi tubuhnya.
"Kita ke rumah sakit ya, Sayang?" ajak Azila sembari mengelus kening Alta yang berkeringat padahal suhu tubuh cowok itu cukup tinggi.
"Nggak." Alta menggeleng lesu, sudut mata cowok itu terlihat berair membuat Azila semakin khawatir.
Azila bangkit dari duduknya kemudian melangkah keluar dari kamar putranya. Ia berjalan menuju ruang kerja Kenzo karena pria itu pasti ada di sana sekarang.
"Ayah?" Azila membuka pintu bercat hitam tersebut dan benar saja, ia menemukan Kenzo yang tengah bergelut dengan beberapa kertas dokumen di hadapannya.
"Kenapa, Sayang?" Kenzo mendongak, refleks melepas pulpen yang tadi dipegangnya.
"Alta, sakit. Dia demam tinggi," beri tahu Azila membuat Kenzo langsung bangkit dari duduknya. Pria itu dengan cepat berjalan keluar dari ruangannya dan melangkah menuju kamar Alta diikuti Azila di belakangnya.
"Altair ...?" Kenzo berjalan mendekat ke arah tempat tidur, ia langsung menyentuh kening dan juga leher Alta untuk kemastikan keadaan cowok itu.
"Kita ke rumah sakit, sekarang!" ucap Kenzo cepat, wajah pria itu terlihat khawatir.
"Alta, nggak mau ke rumah sakit." Alta menggelengkan kepalanya lesu, selain takut bau rumah sakit, Alta juga phobia jarum suntik.
"Tapi, badan kamu demam, Sayang," ucap Azila, tapi Alta tetap menggeleng.
Kenzo dan Azila saling melempar tatapan satu sama lain. Mereka memang paling tidak bisa melihat Alta sakit, karena cowok itu akan susah untuk dibujuk ke rumah sakit apa lagi minum obat.
Suara bel rumah terdengar berbunyi membuat Azila langsung menoleh ke arah Kenzo.
"Ada tamu, kamu bukain pintu, gih," suruh Azila yang langsung diangguki oleh Kenzo. Pria itu lantas melangkah keluar dari kamar Alta.
Sepeninggal Kenzo, kini Azila kembali mengelus kening putranya penuh sayang.
"Kita ke rumah sakit aja yaa ...," bujuk Azila. Namun, Alta tetap saja menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi Altair [END]
Ficção AdolescenteToxic area.⚠️ Komedi Romance Sequel Azila. Cerita bisa dibaca terpisah. "Gue nggak suka cewek." "Berarti, Kak Altair, gay?" Galaksi Altair M. Remaja yang bosan mengenal cinta bahkan sampai sebagian beranggapan kalau dirinya adalah penyuka sesama. N...