Yuhuuu balik lagi ... Selamat membaca!
Hari yang ditunggu akhirnya tiba di mana olimpiade dilaksanakan. Perjuangan mereka setelah kurang lebih satu bulan diperjuangkan di sini guna menjadi pemenang dan yang pastinya mengharumkan nama baik sekolah.
Alta yang sudah selesai mengerjakan soal olimpiade matematika terlihat santai saat keluar dari ruangan, bahkan cowok itu beberapa kali menyugar rambutnya ke belakang menggunakan jari dan bersiul ria. Berbeda dengan Alena yang masih terlihat gugup. Mungkin karena ini adalah olimpiade Nasional pertama untuk Alena.
"Bagaimana? Kalian bisa jawab soal?" Pak Jaya langsung menyambut kedua muridnya, wajah pria itu terlihat sumringah.
"Lumayan," jawab Alta.
"Ya sudah, kalian minum dulu." Pak Jaya menyerahkan minum yang tadi sempat dibelinya pada Alena dan juga Alta.
Mereka memilih mendudukkan bokongnya pada kursi panjang yang kebetulan tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Alta langsung meneguk minuman yang diberikan Pak Jaya tadi guna membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Sedangkan Alena terlihat sedikit kesusahan saat membuka tutup botol yang dipegangnya. Dan tanpa diduga sebelumnya, Alta mengambil minuman milik Alena dan membukanya untuk gadis itu.
"Makasih," cicit Alena. Alta hanya mengangguk tanpa membuka suara.
"Alena?" panggil Pak Jaya membuat Alena yang baru saja meneguk minumannya menoleh ke sumber suara.
"Iya, ada apa, Pak?" tanya Alena.
"Kamu baik-baik aja? Wajah kamu keliatan pucat," ucap Pak Jaya. Alena diam selama beberapa saat sebelum akhirnya menggeleng pelan.
"Lena, nggak papa, Pak."
"Yakin?" tanya Pak Jaya memastikan dan Alena kembali mengangguk.
Pak Jaya diam beberapa saat memperhatikan wajah Alena sebelumnya akhirnya mengarahkan pandangannya pada Alta.
"Oh iya, Alta. Kemarin saya dengar kamu kecelakaan motor?" tanya Pak Jaya. Alta mengangguk.
"Resiko berkendara, Pak."
"Tapi, kamu nggak papa?"
"Cuma luka di lengan sama kaki aja. Lukanya juga udah kering, bentar lagi sembuh," tutur Alta.
Mereka bertiga kembali berbincang selama beberapa menit. Namun, Alena kebanyakan diam. Gadis itu hanya akan membuka suara saat Alta maupun Pak Jaya bertanya padanya.
"Maaf, Bapak nggak bisa lama-lama di sini karena harus balik ke sekolah." Pak Jaya mengeluarkan dompet dari saku celana yang ia kenakan kemudian menyerahkan dua lembar uang pecahan seratus ribu pada Alta.
"Ini uang jajan buat kalian berdua."
"Ehh, nggak usah, Pak!" Alta mencoba menolak. Namun, Pak Jaya tetap menyerahkan uang tersebut pada Alta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi Altair [END]
Ficção AdolescenteToxic area.⚠️ Komedi Romance Sequel Azila. Cerita bisa dibaca terpisah. "Gue nggak suka cewek." "Berarti, Kak Altair, gay?" Galaksi Altair M. Remaja yang bosan mengenal cinta bahkan sampai sebagian beranggapan kalau dirinya adalah penyuka sesama. N...