22 || Sakit

9.2K 630 24
                                    

Hallo. Akhirnya bisa update lagi. Maaf buat kalian yang nungguin cerita ini kelamaan ngaret.

No bacot-bacot. Skuy baca.

Happy Reading!🥰
.
.
.
.
.

"Assalamu'alaikum, Bunda ...!" seru Alta saat turun dari mobil. Alta langsung berlari memeluk Azila yang tengah menyiram tanaman.

"Wa'alaikumsalam. Ehh, kamu kenapa?" Azila yang terkejut dengan pelukan tiba-tiba Alta.

"Alta, menang olimpiade lagi!" seru Alta mengurai pelukannya kemudian menangkap wajah Azila.

"Dapat juara satu!" sambung Alta menunjuk jari telunjuknya tepat di depan wajah Azila.

"Anak bunda, emang pintar." Azila merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut oleh Alta. Anak dan ibu itu kembali berpelukan.

"Mau hadiah apa dari, Bunda ...?" tanya Azila masih memeluk Alta.

"Alta, nggak minta hadiah apapun. Alta, cuma pengen Bunda tetap sehat dan sayang sama Alta," ucap Alta mengurai pelukannya, ia tersenyum lantas mendaratkan satu kecupan di pipi Azila.

"I love you, Bunda ...."

"Love you too!"

"Sekarang Alta laper," ucap Alta. "Pengen disuapin, Bunda," sambungnya.

"Nggak malu udah gede tapi kalo makan masih sering disuapin?" Azila menatap wajah putranya sesaat sebelum kembali masuk ke rumah.

"Ngapain malu? Alta, 'kan masih punya Bunda. Di luar sana banyak anak-anak yang malu minta disuapin sama bundanya," balas Alta mengekor di belakang Azila yang berjalan menuju dapur.

"Terserah kamu." Azila memilih mengabaikan Alta yang terdengar terkekik di belakangnya.

Sebenarnya, Azila tidak pernah mempermasalahkan Alta yang sudah dewasa, tapi masih hobi makan disuapin. Namun, sebaliknya Azila malah bahagia karena walaupun putranya sudah tumbuh dewasa, Alta masih tetap seperti yang dulu ... manja.

"Bunda, masak ikan?!" seru Alta saat melihat lauk yang berada di atas meja.

"Iya, Ayah kamu yang minta," jawab Azila, tangannya meraih piring kemudian memindahkan beberapa centong nasi ke piring. "Tapi, kamu tenang aja. Bunda, udah masakin ayam kesukaan kamu," sambung Azila karena ia tau sendiri Alta tidak suka ikan.

"Tapi sekarang Alta pengen ikan ...," cicit Alta gemas yang sontak membuat Azila menatapnya bingung sekaligus tidak percaya.

"Loh, tumben ...?"

"Hehe!" Alta hanya nyengir kuda menunjukkan deretan gigi putihnya.

***

"Assalamu'alaikum. Bibi, Lena pulang!" seru Alena saat membuka pintu rumahnya dan menemukan Bik Inah, wanita yang sudah bekerja cukup lama di rumah Alena.

"Bik, Lena dapat juara satu olimpiade?" seru Alena kegirangan, ia mengangkat piala yang dibawanya ke udara dan tersenyum senang.

"Masya Allah. Selamat, Non."

"Peluk dulu sini, Bik!" ucap Alena lantas merentangkan kedua tangannya.

Bik Inah tersenyum hangat, ia memeluk tubuh Alena erat. Bik Inah sudah menganggap Alena layaknya putrinya sendiri. Maklum saja, Bik Inah bekerja sedari Alena masih bayi, bahkan orang tuanya belum berpisah.

"Lena, nggak nyangka bisa dapat juara," cicit Alena kemudian mengurai pelukannya.

"Seneng, nggak?!" tanya Bik Inah yang langsung mendapat anggukan antusias dari Alena.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang