68 || Double Date

3.9K 327 15
                                    

Hi, balik lagi.
Sebenarnya di part sebelumnya ada scene yang kelupaan aku tulis. Scene kenapa Alena nggak jadi berangkat ke Singapura. Tapi, ya udah lah. Mungkin bakal aku revisi lain waktu.

Happy Reading
Typo bertebaran, soalnya ngetik sambil nahan ngantuk.
.
.
.

Alta duduk di sofa dan  berhadapan langsung dengan kedua orang tuanya. Memang setelah pulang dari kantor satu jam yang lalu, Kenzo langsung menceritakan ucapan Alta siang tadi saat cowok itu mengutarakan keinginannya untuk menikah muda dan belajar berbisnis.

"Kamu serius mau nikah muda?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Azila. Wanita itu tidak pernah melepas pandangannya dari wajah Alta yang berada di hadapannya.

Alta hanya mengangguk singkat.

"Bunda, nggak ngelarang kamu buat nikah. Tapi, pernikahan itu hal yang sakral. Perlu kesiapan mental yang cukup." Azila berucap lemah lembut walaupun terdengar tegas. Karena ia tahu bagaimana rasanya nikah saat usia masih muda. Mengingat pernikahan pertamanya dulu saat usianya baru menginjak delapan belas tahun.

"Insya Allah, Alta siap, Bun. Lagian, Alena juga masih sekolah," ucap Alta.

Azila menatap lekat wajah putranya, sementara Kenzo hanya diam menikmati secangkir kopi yang disuguhkan istrinya tadi.

"Alta, cuma minta restu dari Bunda sama Ayah."

"Besok, bawa Alena ke sini. Bunda pengen ngobrol sama dia."

Kenzo seketika mendongakkan kepalanya saat mendengar ucapan Azila tadi. Pria itu juga meletakkan cangkir yang tadi dipegangnya. Sementara Alta hanya mengangguk singkat.

"Emang mau ngapain sama Alena?" tanya Kenzo dengan sebelah alis terangkat.

"Obrolan perempuan. Rahasia!" jawab Azila sekilas mengerlingkan matanya pada Kenzo.

"Bunda, ngerestuin hubungan kamu sama Alena." Azila tersenyum hangat dan senyuman itu seketika menular pada Alta.

"Makasih, Bunda."

Azila hanya mengangguk. "Untuk soal bisnis. Kamu bisa belajar sama Ayah kamu," ucap Azila sekilas melirik Kenzo yang duduk di sampingnya.

"Kalo soal itu mah, gampang!" Kenzo mengacungkan kedua ibu jarinya tanda setuju.

"Pertama, sekarang kita harus survei tempat yang akan kamu jadikan caffe," sambung Kenzo kali ini terdengar serius.

"Bukan sekarang, tapi besok. Sekarang udah azan!" peringat Azila saat mendengar suara azan magrib berkumandang. Wanita itu bangkit dari duduknya membuat Alta maupun Kenzo mendongakkan pandangannya.

"Bunda, mau ke mana?" tanya Alta.

"Ke kamar, siap-siap buat solat. Kalian berdua jangan lupa solat." Setelah menyelesaikan ucapannya, Azila melenggang pergi dari hadapan kedua pria berbeda usia tersebut.

Sepeninggal Azila, kini Kenzo mengarahkan pandangannya pada Alta.

"Besok kamu pulang sekolah jam berapa?" tanya Kenzo.

"Dua siang. Soalnya nggak ada ekskul," jawab Alta.

"Oke. Besok pulang sekolah, kamu langsung ke kantor. Kita bakal survei tempatnya!"

Alta langsung mengangguk.

"Ya udah, kalo sekarang kita solat dulu. Nggak boleh ninggalin solat, ayok!" ajak Kenzo bangkit dari duduknya diikuti oleh Alta.

Keduanya lantas berjalan meninggalkan ruang keluarganya. Namun, Alta malah melenggang pergi menuju dapur untuk mengambil air minum karena tenggorokannya terasa kering.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang