70 || Alena Birthday

3.8K 304 27
                                    

Happy Reading.
Emosinya di tahan dulu, masih ada part selanjutnya yang nggak kalah seru sama part yang ini.

.
.
.

Mata Alena terlihat sembab karena terlalu lama menangis setelah menerima pesan dari nomor tersebut. Hati Alena hancur, ia kecewa pada Alta. Apa lagi setelah mencoba menghubungi cowok itu, tapi nomor telponnya sama sekali tidak aktif membuat Alena semakin menangis.

Setelah cukup lama Alena menghapus sisa air matanya, ia bangkit hendak keluar kamar. Namun, saat membuka pintu Alena malah dikejutkan dengan Satria dan Dian yang berdiri sembari membawa kue ulang tahun untuknya.

"Happy birthday, Alena!" seru ibu dan anak itu serempak. Senyum mereka merekah, tapi tidak berselang lama senyuman itu pudar saat menyadari keadaan Alena yang terlihat berbeda. Mata gadis itu terlihat sembab.

"Loh, Lena. Kamu kenapa, Sayang?" Dian bertanya khawatir, sebelah tangannya yang tidak memegang kue ulang tahun terulur menyampirkan anak rambut Alena ke belakang telinga gadis itu.

"Lena, nggak papa." Alena menggeleng mencoba untuk tersenyum, ia tidak mungkin menceritakan masalahnya saat ini pada mereka berdua.

"Terus kenapa nangis?" tanya Satria.

"Lena, cuma kangen ngerayain ulang tahun sama Mama Papa," bohong Alena tersenyum kecut.

Dian tersenyum hangat memandang wajah keponakannya, ia kemudian memeluk tubuh Alena untuk menenangkan gadis itu. Begitu juga dengan Satria yang ikut memeluk kedua perempuan berbeda usia tersebut.

"Nggak usah sedih, kita rayain ulang tahun kamu sekarang." Satu kecupan berhasil mendarat di puncak kepala Alena yang dilakukan oleh Dian.

"Ayok, tiup lilin." Dian menyodorkan kue yang tadi dibawanya pada Alena.

"Lilinnya mati, Mah!" Satria terkikik saat menyadari api pada lilin sudah padam karena mereka terus berbincang.

"Ya udah, nyalain lagi kalo gitu."

"Sebentar." Satria merogoh saku celana training yang ia kenakan dan mengambil pemantik di sana.

Senyum di bibir Alena seketika terbit, hatinya sedikit menghangat.

Setelah lilin kembali menyala, Dian menyodorkan kue tersebut pada Alena.

"Make a wish dulu," ucap Satria.

Alena mengangguk, ia memejamkan matanya beberapa saat sebelum akhirnya meniup lilin membuat Dian dan Satria bersorak senang.

"Selamat ulang tahun keponakannya, Tante ...," seru Dian mendaratkan satu kecupan di kening Alena.

"Makasih, Tante."

Kini Alena mengarahkan pandangannya pada Satria, cowok itu tersenyum begitu juga dengan Alena.

"Happy birthday, sepupu gue yang paling cantik!" Satria memeluk tubuh Alena erat membuat Alena sendiri tertawa kecil.

"Makasih, Abang."

"Ini hadiah buat lo." Satria menyerahkan paper bag yang sedari tadi dibawanya pada Alena.

"Terima kasih." Senyum di bibir Alena terbit, ia menerima hadiah tersebut dengan senang hati.

"Hadiah dari Tante nyusul. Tunggu Om kamu pulang." Dian terkekeh kecil.

"Iya, Tante." Alena mengangguk merasa bahagia saat berada di sini.

"Makin gede aja adik gue." Satria tersenyum sembari mengacak rambut Alena gemas.

***

Sementara di lain tempat, Alta perlahan membuka matanya saat cahaya matahari yang masuk melalui celah jendela kamar mengusik tidur paginya.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang