24 || Truth or Dare?

8K 585 71
                                    

Hahai, balik lagi. Huh, akhirnya bisa update lagi🤧 semoga kalian nggak lupa sama cerita ini.

Happy Reading 😚
.
.
.
.

Suasana kantin yang ramai selalu menjadi hal lumrah saat bel istirahat sudah menggema di seluruh penjuru sekolah. Para langsung menyebar memenuhi kantin untuk menikmati makanan mereka.

Begitu juga dengan Alena. Hari ini adalah hari pertama Alena kembali ke sekolah setelah beberapa hari kemarin ia tidak masuk karena sakit.

Namun, kali ini Alena ke kantin tidak sendiri. Ia bersama empat teman kelasnya. Dhea, Alvin dan Radit. Keempat siswi kelas sepuluh IPS-3 itu memilih duduk pada meja.

"Kalo duduknya kek gini berasa lagi double date, anjir!" ucap Radit dengan kekehannya. Cowok dengan mata sipit itu menyendok makanan ke dalam mulutnya.

"Lagian lo berdua ngapain sih, ngikut kita berdua?" Dhea mendelik menatap kedua cowok di hadapannya secara bergantian.

"Ya nggak papa, emang apa salahnya sih, kalo kita temenan?" Alvin kini membuka suara, cowok itu menaikkan sebelah alisnya menatap Dhea.

"Nggak papa sih kalo temanan, asal jangan suka aja,* celetuk Dhea yang sontak membuat Radit maupun Alvin tertawa.

"Jelek-jelek gini, tipe gue bukan lo," ledek Alvin masih dengan tawanya.

"Anjir lo!" umpat Dhea.

Sementara Alena hanya tersenyum melihat perbincangan mereka bertiga, ia kembali menikmati makanannya yang tersisa sedikit.

"Ehh, kita main ToD, yuk!" ajak Radit setelah keheningan beberapa saat. Cowok itu mengarahkan pandangannya pada Alena dan Dhea secara bergantian.

"Hayuk lah. Mumpung makanan gue udah habis!" seru Dhea menggeser piring makanannya yang sudah kosong.

"Ayok, gue setuju!" ucap Alvin antusias.

"Aku nggak ikut, deh ...," ucap Alena tersenyum kikuk.

"Nggak boleh, pokoknya lo harus ikut!" kata Radit memaksa.

"Tapi--"

"Pokoknya lo harus ikut!" sela Alvin cepat. Cowok itu menyingkirkan piring yang ada di depan Alena membuat gadis itu mendesah pelan. Percuma kalo Alena menolak karena itu akan sia-sia.

"Lo nggak bakal bisa nolak," ledek Dhea saat melihat wajah pasrah Alena.

"Ya udah, iya, aku ikut!" putus Alena terdengar terpaksa. Gadis itu meneguk minumannya hingga tandas tiada tersisa kemudian mengarahkan pandangannya pada kedua cowok di hadapannya dan Dhea secara bergantian.

"Ayok, siapa yang mau mutar botolnya?!" tanya Alena menantang, bahkan gadis itu sampai melipat lengan seragamnya yang sontak membuat Radit dan Alvin tertawa.

"Nggak usah ketawa!" peringat Alena.

"Biar gue aja yang mutar botolnya!" Dhea mengambil botol minuman yang bisa digunakan dalam bermain truth or dare. Ia memutar botol itu dengan cukup kencang.

"Semoga bukan gue," gumam Radit saat botol terus berputar dengan cepat dan perlahan mulai melambat.

"Jangan gue, please ...," mohon Dhea saat putaran botol semakin melemah.

"Lah,anjir. Kok gue?!" Alvin menatap kesal ujung botol yang berhenti dan mengarah ke arahnya. Sontak saja Alena, Radit dan Dhea bisa bernapas lega karena mereka bukan yang pertama.

"Nah loh. Sekarang lo mau truth, or dare?" tanya Radit antusias.

"Truth!" jawab Alvin mantap.

"Dare aja," ucap Radit memaksa.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang