23 || Anak Kucing Alta

8.4K 596 28
                                    

Hai, balik lagi sama cerita ini.
Sebelum baca, jangan lupa vote dan komennya. Sekalian follow akun author, hehe😀

Okelah. Happy Reading.
.
.
.
.

Alta keluar dari dalam UKS, ia mendudukkan bokongnya pada kursi panjang yang berada tidak jauh dari sana. Alta merogoh saku seragamnya mencari kontak Satria, kemudian mendial nomor tersebut.

Tidak sampai menunggu lama panggilan berhasil tersambung.

"Ada apa, woy? Gue baru selesai upacara!" Terdengar suara Satria untuk pertama kalinya dari seberang sana.

"Adek lo pingsan tadi saat upacara!" beri tahu Alta to the point.

"Heh, lo serius? Jangan becanda!" Suara Satria terdengar panik.

"Gue nggak becanda. Mending sekarang lo telpon orang tua lo biar mereka jemput Alena," suruh Alta.

"Ya udah, gue telpon nyokap gue kalo gitu. Sekalian jagain Alena sementara orang tua gue datang."

Panggilan terputus secara sepihak, Alta kembali memasukkan benda pipih itu ke tempat semula. Hingga perhatian Alta teralihkan oleh Ardan dan Yoga yang datang menghampirinya.

"Kalian ngapain ke sini?" tanya Alta bangkit dari duduknya memperhatikan kedua sahabatnya secara bergantian.

"Gue sama Ardan khawatir," jawab Yoga polos.

Alta mengerutkan keningnya. "Yang pingsan Alena, bukan gue!"

Yoga dan Ardan kembali melempar tatapan sebelum akhirnya Ardan menggeplak kepala Yoga dengan cukup kencang membuat si empunya meringis.

"Lah goblok. Yang pingsan Alena, bukan Alta!" ucap Ardan. "Ya udah, ayok balik!" sambungnya dan tanpa menunggu jawaban dari Yoga. Ardan menarik kerah belakang seragam Yoga dan menyeretnya pergi dari sana.

"Woy anjing. Gue nggak bisa napas, lo nariknya kekencengan!"

Alta hanya bisa menatap kedua sahabatnya dengan tatapan cengo. Hingga suara pintu UKS terbuka berhasil mengalihkan perhatian Alta. Ia menoleh dan menemukan seorang siswi yang bertugas di UKS.

"Nanti kalo dia udah bangun. Lo tinggal kasih teh hangat yang udah gue siapin di atas meja," ucap siswi tersebut yang tak lain adalah teman kelas Alta bernama Dinda.

"Oke, thanks."

"Kalo gitu gue ke kelas duluan. Kalo lo nggak mau masuk, tenang aja ntar gue bilangin sama gurunya kalo lo di sini dulu," ujarnya tersenyum simpul.

Alta hanya mengangguk lantas membiarkan Dinda pergi dari sana. Upacara sudah selesai dan para pelajar berhamburan ke kelas mereka masing-masing. Sementara Alta memilih masuk ke dalam UKS dan memperhatikan wajah Alena yang masih terpejam.

Hingga beberapa menit berlalu, perhatian Alta teralihkan oleh pintu UKS yang terbuka dan menampilkan Dhea di sana yang datang dengan wajah panik.

"Ehh, Kak Altair!" Dhea seketika menundukkan kepalanya. "Maaf, Kak. Aku nyelonong masuk."

"Nggak papa," jawab Alta.

"Alena belum siuman?" tanya Dhea kini pandangannya tertuju pada Alena yang masih berbaring di atas brankar.

"Belum," jawab Alta lagi.

Dhea perlahan mendekat, ia meletakkan punggung tangannya di dahi Alena. "Al ...," panggil Dhea berbisik. Hingga detik setelahnya, mata Alena perlahan mengerjap dan terbuka.

Melihat hal itu, Dhea dengan cepat meraih gelas berisi teh yang berada di atas nakas dan menyerahkannya pada Alena.

Sementara Alta yang berada di belakang hanya diam memperhatikan kedua gadis di hadapannya. Lebih tepatnya pada Alena.

Galaksi Altair [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang