Hallo, selamat malam. Jangan lupa bernapas untuk hari ini.
Happy reading, guys!😘.
.
.
.“Apa-apaan, nih?” Suara dari arah belakang berhasil membuat kedua manusia itu terkejut. Davin langsung melepas pelukannya dan menoleh ke sumber suara. Sementara Alena membulatkan matanya terkejut. Habis sudah nyawanya sekarang.
“Bang Satria …?”
“Satria?” Davin menautkan alisnya bingung saat melihat keberadaan Satria, salah satu musuhnya selain Altair.
Satria melangkah maju, ia menyerahkan paper bag berisi ponsel baru milik Alena pada gadis itu.
"Masuk!" perintah Satria tegas.
"Tapi, Bang--"
"Gue bilang, masuk. Jangan buat gue ngomong kasar sama lo." Satria menatap tajam ke arah Alena membuat nyali Alena menciut begitu saja. Dengan tangan gemetar, Alena menerima paper bag yang diberikan Satria tadi dan bergegas masuk ke dalam rumah.
Setelah memastikan Alena masuk, barulah Satria memutar tubuhnya hingga kini berhadapan langsung dengan Davin. Musuh bebuyutannya sejak lama, bahkan saat mereka masih duduk di bangku SMP.
"Mau ngapain lo ke sini?" tanya Satria pelan, tapi urat di lehernya terlihat menyembul keluar yang menandakan kalau dirinya saat ini sedang menahan emosi.
"Lo sendiri ngapain ke sini?" Bukannya menjawab pertanyaan Satria sebelumnya, Davin malah balik bertanya membuat Satria murka dan refleks melayangkan pukulan hingga membuat Davin terhuyung ke belakang.
"Gue Abang nya. Lo mau apa?" tantang Satria bengis.
Davin tertegun, ia mengangkat wajahnya menatap Satria tidak percaya. Davin memang mengetahui Alena adalah anak tunggal, dan gadis itu mempunyai saudara sepupu. Namun, Davin tidak menyangka kalau sepupu Alena adalah musuhnya sendiri.
"Sekarang lo pergi dari hadapan gue, jangan sampe tulang rusuk lo patah untuk yang kedua kalinya." Satria menunjuk pintu gerbang yang terbuka lebar, ia dan Davin saling melempar tatapan permusuhan.
Davin berdecih, ia memilih pergi dari sana dari pada tulang rusuk nya patah untuk yang kedua kalinya. Karena jujur saja, Davin pernah masuk rumah sakit saat masih kelas sepuluh karena adu jotos dengan Satria. Waktu itu, tulang rusuk Davin sempat patah membuatnya terpaksa melakukan operasi sampai beberapa kali.
"Kalo sampe gue ngeliat lo ganggu adek gue lagi, abis lo!" ancam Satria sebelumnya akhirnya Davin benar-benar pergi dari sana.
Sepeninggal Davin, Satria berbalik dan langsung masuk ke dalam rumah. Terlihat dari raut wajahnya, ia sangat emosi.
"Di mana, Alena?" tanya Satria pada Bik Ijah yang tengah membersihkan debu pada meja sofa.
"Tadi ke kamarnya, Den," jawab bik Ijah.
"Ya udah, jangan lupa pintunya dikunci, Bik." Bik Ijah hanya mengangguk.
Sedangkan Satria langaung melenggangkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamar Alena. Ia harus berbicara pada gadis itu lagi sekarang.
"Alena!" panggil Satria saat sampai di depan pintu kamar milik Alena. Satria tidak bisa masuk karena gadis itu mengunci pintu kamarnya.
"Alena, buka pintunya gue pengen ngomong!" Satria memukul pintu di depannya dengan cukup keras, emosi sudah menguasainya saat ini.
"Buka, Alena. Jangan buat gue makin emosi!" Satria kembali menendang pintu di hadapannya.
Hingga beberapa detik setelahnya, saat Satria bersiap untuk mendobrak, Alena malah keluar membuat Satria mengirungkan niatnya. Ia menatap gadis itu datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galaksi Altair [END]
Teen FictionToxic area.⚠️ Komedi Romance Sequel Azila. Cerita bisa dibaca terpisah. "Gue nggak suka cewek." "Berarti, Kak Altair, gay?" Galaksi Altair M. Remaja yang bosan mengenal cinta bahkan sampai sebagian beranggapan kalau dirinya adalah penyuka sesama. N...