16. Taksa

13 2 0
                                    

"So-sorry, gue.... takut banget tadi panik" ucap Dira melepas dirinya dari pelukan Rama, seolah rasa tenangnya terganti dengan rasa canggung yang menyelimuti diantara keduanya saat ini.

"Yaudah, ayo kita turun. Handphone lo ada? gue lupa bawa handphone" ucap Rama, berusaha untuk terlihat biasa saja.

Keduanya pun kini menuruni anak tangga perlahan, dengan cahaya yang hanya didapat dari flash di handphone yang Dira bawa. Hujan yang masih deras memaksa keduanya untuk kembali berlari.

"Yaampun, kebasahan lagi" teriak Villan yang sedang menunggu di ambang pintu.

"Please minta sweater buat Dira" ucap Rama membiarkan Dira memasuki markas rimba terlebih dahulu.

"Yaampun Dir, lo gimana tadi pas mandi?" tanya Sena

"Kacau, gue mandi buru-buru banget. Asli takut" ucapnya terduduk dengan terus menepuk kedua lengannya yang basah.

Villan berjalan mencari handuk bersih untuk Rama dan Dira. "Pake dulu nih Dir, buat rambut lo juga" ucap Villan, Dira pun mengeringkan rambutnya dan Rama yang segera masuk untuk kembali mengganti bajunya lagi.

Kini Dira harus mengganti baju tidurnya dengan sweater milik Villan. Mereka pun kini berada di markas kurcaci, dengan keadaan listrik yang mati dan hanya ada dua lilin yang dinyalakan untuk menerangi mereka.

"Kayanya listrik mati gegara petir besar deh" prasangka Villan

"Gue takut banget, belom lagi Alen gimana dia belum balik" ucap Dira penuh kecemasan.

"Dia masih sama Jira ya?" ucap Aga

"Iya, belom ada kabar juga dari mereka. Baim gimana ada kabar gak?" ucap Rama

"Gak ada, gue udah bilang sih di sini mati listrik" ucap Villan

"Damar kemana ya, dia gak ada kabar sama sekali di grup?" tanya Aga

"Waduh, iya juga yah Kak Damar sibuk sih kayanya. Biasanya juga dia muncul" ucap Sena

Selama hampir sejam mereka pun harus berada di keadaan yang serba susah, listrik yang padam, baterai handphone yang sudah masuk ke dalam kategori lowbatt, dan juga hujan deras yang tak kunjung reda membuat mereka pun tidak bisa membeli makan malam. Bahkan Sena harus tertidur di sebelah Aga karena rasa takutnya, Villan pun ikut tertidur karena menunggu hujan yang belum pasti dalam keadaan perut yang kembali lapar dan lelah.

Sedangkan Rama hanya diam di ambang pintu dan Dira yang duduk dengan mengecek handphone secara berkala untuk menunggu kabar dari sahabatnya, Alen.

"Ram?" tanya Dira

"Hmm?"

"Makasih ya? udah nyusulin sampe harus kuyup lagi kaya tadi" ucap Dira pelan, suara mereka cukup mendominasi pada saat ini. Tetapi Dira tidak peduli, dirinya perlu mengucap makasih atas perlakuan Rama padanya hari ini.

"Iya, gue khawatir banget. Apalagi lo lagi gak sama Alen juga" ucapnya

Dira tersenyum mendengar pernyataan itu, "Iya, gue tuh bisa tidur dalam gelap tapi gue bakal takut kalo mati listrik pas lagi sendirian" ucapnya

Ada tawa kecil dari Rama mendengar pernyataan itu, "Gak papa wajar kok kalo begitu, setiap orang punya rasa takutnya sendiri"

"Iya, rasa takut ya" ucap Dira.

Tak lama dari itu, listrik pun kembali menyala. Membuat suasana yang sangat hening itu berubah perlahan kembali ke titik ramai, suara kipas yang menyala dan juga lampu yang kembali memberikan cahayanya. Dira menoleh ke arah tiga lelaki yang masih terlelap dan tertawa kembali melihat Rama.

Forever Young [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang