Dira membuka matanya, memandangi sisi kasur yang sudah kosong tanpa siapa pun. Dengan helaan napas ia menyandarkan dirinya di kepala kasur. Dira tidak yakin keberadaan Sena saat ini apa tetap masih di apartemen atau sudah pulang, lelaki itu bahkan tidak masuk ke dalam ingatannya untuk berpamitan jika memang ia sudah pulang. Tidur Dira rasanya pulas, mata sembabnya memang masih terlihat. Tangannya meraih handphone di nakas, banyak panggilan telepon tidak terangkat dan pesan yang menumpuk.
Ia lebih memilih untuk turun dari kasur, keluar dari kamar dan memandangi ruang kosong tanpa siapa pun. Ini masih pukul sembilan pagi, Dira tidak kuliah bahkan keluar dari sini pun dirinya enggan. Hanya ingin menikmati kesedihan dari kisah tak berujung ini.
Dira memeluk kedua lututnya di sofa, meresapi kesedihannya yang belum usai. Ingatan akan sosok perempuan yang memeluk Aga seolah mimpi buruk baginya. Dira memang menyerah, tapi melihat itu semua wajarkah bila perasaannya terluka?
Dira menenggelamkan wajahnya diantara kedua pahanya. Membiarkan semua sedihnya teredam. Sampai tak lama dari itu, terdengar suara pintu yang terbuka. Sosok lelaki yang ia pikir pulang ternyata kembali dengan membawakan sesuatu.
Mata Sena memandangi bagaimana sisi kacau seorang Dira, wajahnya masih menggambarkan kesedihan. Ada ragu untuk mendekat, tapi nyatanya langkah kaki dan perasaannya tidak bisa menyatu. Sena tetap melangkah, menyimpan makanan yang sudah ia beli di meja. Sena terdiam di hadapan Dira, dengan berjongkok dan memandang semua garis kesedihan dari air mata yang rupanya belum selesai.
Tidak ada suara dari Dira, hanya air mata yang mengalir dan memandang Sena dengan bibir bergetarnya. Sena sendiri tidak berucap apa pun, ia hanya merapihkan sisi rambut perempuan itu. Mengusap air mata di pipi, dan dengan pelan kedua tangan Dira melingkar di leher Sena. Dira seolah menumpahkan emosinya yang belum usai, membiarkan dirinya jatuh dalam keadaan lemah karena patah hati.
Sena tidak yakin, dengan semua keadaan ini. Kesedihan Dira yang sudah ditumpahkan membuatnya harus menjadi pondasi yang kuat untuk saat ini, kepinggirkan dulu rasa amarahnya pada sosok Aga. Lelaki yang bisa datang menyakiti Dira lebih dari perkiraannya, rumit dan itu semua hanya bisa ia tahan untuk membuat perempuan yang dalam pelukannya sekarang bisa lebih fokus untuk menghabisi sisa kesedihannya dahulu.
Pagi ini, dengan segala keabuan Dira mau pun Sena tidak yakin akan perasaan masing-masing. Satu hal yang Dira sadari, sosok lelaki yang sedang mengelus punggungnya adalah sosok yang tidak pernah pergi. Sekali pun dirinya berlari jauh, Sena akan tetap berusaha untuk menggapainya. Sena sendiri, hanya bisa menenggelamkan wajahnya saat ia merasa isakan tangis Dira mereda tetapi ia tetap di posisi yang sama tanpa melepas kaitan tangan di lehernya.
"Makasih dan maaf kalo gue selalu nyusahin lo" suara pelan Dira terdengar serak, Sena tidak menjawab hanya bisa diam dan terus berusaha memberi rasa nyaman.
Setelahnya kedua insan itu makan bersama, Sena memang bangun lebih pagi dan mencari makanan di area apartemen. Rasanya ia terlalu lapar, makan sereal tidak akan membuatnya kenyang. Maka dari itu ia keluar tanpa sepengetahuan Dira, dan pulang sudah melihat Dira bangun dengan keadaan kacau seperti tadi.
"Gimana tidur lo?" Dira merotasi pandangan sambil mengunyah nasi uduknya, "Gue mimpi menang kuis dapet seratus juta, tapi baliknya gue naik bajaj malah dihipnotis" Sena tertawa, memandangi wajah polos Dira dengan segala cerita randomnya. "Aneh deh, padahal di mimpi gue bilang mau jalan-jalan sama kalian ke Bali pake duit itu" Sena hanya tertawa dan mengusak rambut Dira, "Tenang, nanti masih bisa nabung" Dira mengangguk dan tertawa memikirkan mimpi randomnya, "Yang nyetir bajajnya ganteng padahal, tapi jahat" ucapnya yang seketika membuat Dira diam.
"Nanti gue pukul kalo dia jahat sama lo lagi, kasih tau gue. Teriak aja nanti gue dateng" Dira memandangi Sena dan kembali tertawa, "Iya, nanti ya kalo dia muncul di mimpi gue lagi kita pukul pake bootsnya Kak Baim" keduanya pun tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Young [ON GOING]
RomanceRasanya mustahil untuk tidak jatuh cinta diantara persahabatan ini, tapi rasanya akan seperti apa jika perasaan nyaman ini bukan hanya aku dan kamu? Persahabatan ini akan terus ada walau badai terus datang menghampiri bukan? 'Biarlah waktu yang me...