22. Sendiri

6 2 0
                                    

Jika diuntaikan secara waktu, mungkin hampir sebulan Jira berada di sini. Sendirian dan disibukkan dengan segala urusan magangnya. Katakanlah bahwa dirinya lemah saat ini, tidak seperti biasanya. Jira merasakan rindu amat dalam pada anak Kostan Squad, terutama perempuan yang menjadi penghantar rindu di setiap saatnya.

Komunikasi yang berjalan tidak selalu baik, Jira sering kali menunggu kabar dari Alen. Berharap dirinya bisa tetap hadir di sela waktu lenggangnya yang sendiri. Namun, rasanya menjalani hubungan jarak jauh memang tidak segampang itu. Selain niat, keputusan bersama, kepercayaan dan juga saling menghargai kesibukan masing-masing ternyata hal lain yang Jira harus pikirkan bahwa keberaniannya yang sampai detik ini tidak pernah muncul. Ia sangat menginginkan Alen, tetapi rasa untuk mengucap hal itu tidak bisa ia katakan secara virtual atau pun langsung.

Jira mendengar kabar mengenai keadaan Rama dan Dira, masalah yang hampir serupa dengannya itu membawa rasa bimbang pada dirinya sendiri. Apa Alen merasakan hal yang sama seperti yang Dira rasakan? apa pernyataan Jira bisa jadi penolakan telak untuknya? hal itu berputar dalam otaknya sendiri. Membayangkan raut senyum dari perempuan yang menghiasi layar handphonenya, sebagai wallpaper yang selalu membuatnya tersenyum setiap kali melihatnya.

Jira tidak ingin rasa ini semakin hambar, walau semakin hari pesan yang masuk dari Alen untuknya kian berkurang. Bukan salahnya, bukan juga salah Jira tetapi memang mungkin ini sudah fasenya. Anggaplah bodoh dengan apa yang Jira lakukan, tidak menyatakan perasaan sebelum dirinya pergi jauh. Tidak ada kata pengikat yang meyakinan Alen untuk tetap menunggunya, semua itu menjadi hal yang Jira pikirkan. Jira hanya ingin dirinya tidak menyatakan itu semua sebagai ucapan untuk menjadikan Alen kekasihnya, tetapi sebagai pendampingnya. Terkesan idealis tetapi itu yang Jira inginkan dalam lubuk hati terdalamnya.

Ia menahan dirinya mati-matian agar tidak merusak rencananya sendiri, tetapi semua rencana tinggallah rencana ia lupa dengan banyaknya kemungkinan yang datang dan juga faktor yang dirasakan dari perempuan yang ia sayangi, Alen.

Jangan tanya seberapa banyak perempuan yang ingin dekat dengan Jira selama ia melaksanakan magangnya yang masih terbilang sebentar itu, masih ada sisa lima bulan yang harus ia lalui. Malam ini, dengan cahaya bintang dari balkon kostnya dan secangkir kopi dirinya disibukkan dengan tugas menyicil laporan. Terasa sepi, memang. Hanya ada dirinya di sini, tetapi semua isi pikiran dan hatinya bergemuruh.

Haruskah Jira menyudahi ini ?

Seolah hatinya sendiri yang menyuruhnya berhenti, bukan lagi soal otaknya tetapi perasaannya. Seakan tidak ingin mengambil celah apa pun dan tidak ingin mencoba, semua rasa takut Jira berkumpul dalam diri membentuk bayangan hitam. Sisi kelam yang Jira rasakan untuk pertama kalinya.

📽📽📽

Langkah awal saat Rama sampai di Bandar udara Ngurah Rai International Airport, terasa dingin baginya masuk ke dalam lingkungan baru tanpa di sambut siapa pun. Bermodal dengan segala data dan juga tempat tinggal sementara yang sudah Rama dapatkan dari tempat magangnya, kini ia berjalan menarik koper dan mencari kendaraan umum.

Sepanjang perjalanan, di teriknya langit Bali. Ia termenung menatap jalan yang terlihat ramah walau masih asing baginya. Lantunan musik yang meramaikan indera pendengarannya seolah menjadi backsound dari segala yang ia lihat saat ini. Mata yang masih terlihat sembab, karena tangis yang ia rasakan saat dirinya di pesawat masih terlihat jelas jika dirinya membuka kacamata hitam yang digunakan sekarang.

Rasa sesak meninggalkan semuanya dengan penuh kekecewaan menjadi awal mula baginya untuk bangkit, memulai hal baru di Bali dan menjalani tiga bulan masa magangnya dengan sebaik mungkin. Peluang yang selalu ingin ia dapatkan, masuk ke dalam agensi musik besar dan juga mendapatkan pengalaman besar salah satu yang menjadi tujuannya berada di sini sekarang.

Forever Young [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang