Semua berjalan sebagaimana mestinya, Rama, Aga dan Damar masih sibuk dengan urusan skripsi dan pengolahan data. Entah kenapa ketiga lelaki itu terlihat ambisius untuk mengerjakan semua revisian yang masih datang bertubi-tubi. Kualitas waktu yang dihabiskan bertiga pun semakin meningkat pesat karena Damar melakukan upaya pindahan secara berkala, iya, Damar sedikit demi sedikit membawa beberapa barang pribadinya ke sini. Keadaan kontrakan memang selalu tidak bisa rapih secara keseluruhan tapi semenjak hadir Damar yang sering dan sudah menjadi anggota formasi ke empat di kontrakan, keadaannya justru jadi lebih baik. Damar memang tipikal lelaki yang senang rapih-rapih, cocok sekali menggantikan peran Jira yang sudah mengomel kalau Rama atau Aga menyimpan handuk sembarangan di ruang tengah, lupa mengunci rumah, atau pun hal kecil lainnya.
Damar meminjam kamar Jira selama Jira tidak ada, selama barang Jira tidak berpindah posisi, semua akan oke-oke saja. Damar hanya membawa beberapa keperluannya yang paling penting, jadi tidak ada yang banyak berubah selain sosok Damar yang meninggali kamar Jira saat ini,lalu sesekali dirinya akan pulang ke apartemen untuk mengecek dan tidur sekitar dua harian di sana sampai harus kembali ke kontrakan. Siklus yang berputar terus-menerus seperti itu.
Tak hanya itu, siklus jajan babakaran yang sering Damar beli pun semakin sering ia makan, tidak sehat memang, tapi kalo ada teman sepermainan kenapa tidak? Dira, sosok sahabat yang tepat bagi Damar untuk makan jajanan itu. Keduanya sering nongkrong di warkop samping setelah membeli jajanan tersebut, lalu ketika keduanya ada di sana pasti ada beberapa anak yang menyusul dan yang paling sering datang pasti Baim dan Sena.
"Asli, keren gak sih foto yang Kak Jira post kemarin?" ucapan Baim mendominasi meja, kemarin baru saja Jira memberikan banyak foto yang dikirimkan di grup sekedar untuk memberitahukan bahwa ia baik-baik saja selama dua minggu di sana. Langit di Los Angeles ternyata indah, suasananya juga cukup membuat Jira bisa menyesuaikan. Ia cukup baik-baik saja sejauh ini, tinggal di apartemen yang sudah Ayahnya siapkan dan tidak jauh dari perusahaan.
"Bagus, asli ya jadi pengen nyusul Jira kesana" balas Damar, sebelum dirinya menyikat habis bakso bakar di tusukannya. "Tapi di sana gak ada ini pasti" ucapan Dira terdengar sedih, memandangi makanan yang menjadi jajanan wajib mingguannya. Sena tertawa, "Lo mah masih mikirin ya jajanan beginian ada di sana apa enggak" Dira hanya melirik sebal, "Yeee, lidah kampung gak cocok diajak ini mah" ledek Baim, membuat Dira membulatkan matanya, "Lo jangan macem-macem ya manusia Lenteng Agung" lalu tawa pun pecah, tentu Baim dan Dira langsung adu pendapat yang justru membuat Damar dan Sena menikmati tontonan lawak gratis seperti sekarang.
"Oh iya, Rama kemana sih Kak? dia sesibuk itu ya sekarang?" Dira akhirnya mengganti topik pembicaraan setelah lelah bertengkar dengan Baim, "Lagi sibuk latihan dia sama Aga" Dira hanya mengangguk, walau sebenarnya tidak tau latihan apa yang kedua lelaki itu lakukan.
"Buat ultah kampus kan?" celetukan Baim membuat Damar yang mengangguk sekarang, "Lagi sibuk banget, dua hari terakhir ini mereka juga ga balik cuman numpang mandi terus cabut lagi" jelas Damar.
"Lho, mereka tetep mau tampil? kan lagi skripsian?"
Damar hanya menaikkan kedua pundaknya, "Ya namanya juga senior papan atas Dir, mereka masih diandelin banget buat tampil sekalian mereka juga ngelatih junior penerus makanya ajang banget buat kenalin yang baru. Biar regenerasi katanya"
"Yaudah, nanti kita nonton aja. Gue kangen juga liat mereka di atas panggung keinget masa maba" Sena tertawa, membuat Dira ikut tertawa, "Iya, kita masih cupu ya pake almet" keduanya justru masuk ke memori awal memasuki masa kuliah, Baim dan Damar pun jadi ikutan bernostalgia.
Tak lama datanglah Alen, yang mengetahui bahwa Dira berada di sini. Alen datang berjalan kaki dengan membawa beberapa lembar poster. Wajahnya tampak lelah dan juga langkahnya yang terlihat lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Young [ON GOING]
RomanceRasanya mustahil untuk tidak jatuh cinta diantara persahabatan ini, tapi rasanya akan seperti apa jika perasaan nyaman ini bukan hanya aku dan kamu? Persahabatan ini akan terus ada walau badai terus datang menghampiri bukan? 'Biarlah waktu yang me...