34. Renjana

13 2 0
                                    

Sudah dua hari semenjak Alen melihat Villan pulang larut dan membawa temannya, Alen tidak mengusik tentang itu dan Villan juga tidak memberitahukannya. Keduanya masih berusaha baik-baik saja walau saling menutupi. Sampai pada saat Alen hendak keluar, ia berjalan santai dan melihat sosok perempuan yang datang, perempuan yang sama seperti malam itu.

Wajah perempuan itu bingung di depan Markas Rimba, Alen berjalan dan mencoba bertanya. "Cari siapa ya Kak?" tanyanya, perempuan itu menoleh, dan terkekeh pelan "Emm, mau nanya Villan masih di kost ya?" tanyanya, Alen melirik dan melihat memang tidak ada motor Villan di sini.

"Pergi kayanya" balasnya sekenanya, ada anggukan dari perempuan itu, "Emm gitu ya, makasih"

Alen tidak sampai di situ, rasa penasarannya itu terlampau mendorong untuk mencari info seperti perempuan kebanyakan yang jago dalam hal menggali informasi. "Kakak siapa ya? ada urusan apa?" masa bodoh dengan pertanyaan tidak sopan itu, Alen hanya ingin tau bahwa ketakutannya tidak benar. "Temen Villan, mau ketemu" jawaban yang masih sama abunya, Alen hanya mengangguk, "Yaudah aku duluan ya" Alen berlalu dan perempuan itu juga tampak resah mengecek layar handphonenya "Makasih ya Kak" Alen balas dengan anggukan di dekat pagar kost sebelum dirinya berjalan menuju kampus.

Alen menahan amarahnya, ia tau sebenarnya Villan ada di Markas Rimba, motor Villan sedang dipakai Baim untuk pergi ke tempat temannya. Dan perasaan ini membawa aura buruk di pagi hari. Alen kesal, sepanjang jalan ia tidak bisa merasakan atau menikmati udara pagi yang masih segar seperti biasanya.

"Mau kemana sih? kok kaya lagi marah gitu" ucap seseorang yang membuat ia menoleh, Jira. Jira tengah mengantri membeli sarapan pagi. Nasi uduk langganan memang pilihan terbaik untuk mengawali hari.

"Eh, Kak?" Alen total kikuk, melihat Jira tertawa padanya. Suasana Alen saat ini benar-benar jadi campur aduk.

Beberapa menit kemudian, keduanya tengah duduk di ruang tengah kontrakan. Kebetulan Rama dan Damar masih tidur karena baru saja begadang mengerjakan skripsi. Aga sendiri baru bangun dan menikmati paginya membaca buku di teras dengan segelas americano.

"Makan dulu" tawar Jira.

Alen masih diam, memandangi jam dinding yang seharusnya diri ini sudah berada di kelas pagi, tetapi kenyataan dirinya justru duduk manis di hadapan lelaki yang pernah membuatnya jatuh hati. Jira yang melihat keadaan dari Alen tergambar jelas, bahwa perasaan perempuan ini sedang tidak baik-baik saja.

Keduanya makan, awalnya hening. Alen masih dengan perasaan sedihnya yang memikirkan siapa sosok perempuan yang barusan ia lihat itu. Di sisi lain, Jira masih memandangi bagaimana raut keresahan dan penuh pikiran tergambar jelas di wajah kecil Alen. Alen bahkan tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang enggan pergi, memilih menetap dan mengunci pandangan yang indah.

"Lo gak kelas?" pertanyaan itu muncul dari Aga yang tiba-tiba masuk, memecah keheningan diantara dua insan.

Alen menoleh, melihat Aga mengambil tempat di sofa dan membuka bukunya lagi. "Emmm gak ada Bang, nanti siang" bohongnya, Aga mengangguk dan sesekali mencuri pandang ke arah Alen. Ada banyak pertanyaan yang ingin Aga tanyakan pada sahabat dari perempuan yang ia rindukan. Terlalu lama bagi Aga tidak mendapatkan kabar apa pun lagi dari Rama. Rama biasanya memang penjadi penyambungnya, tapi akhir-akhir ini Rama sibuk dengan urusan bimbingan membuatnya jarang menemui Dira.

Tak lama dari itu, kembali hanya ada Jira dan Alen yang berdua di ruang tengah. Keadaan masih sepi, karena Damar tidur di kamar bersama Rama. Kedua lelaki itu belum juga bangun walau jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi.

Aga berlalu, banyak menghabiskan waktu di kamarnya dan menyalakan musik untuk menemaninya mengerjakan skripsi.

"Lo sibuk gak Kak?" kali ini ucapan muncul lebih awal dari bibir Alen, Jira yang sedang sibuk mencari acara televisi itu pun kini mengalihkan pandangannya "Enggak, mau gue temenin kemana?" Semacam de javu, hal itu dulu sering terjadi diantara keduanya. Jira yang senantiasa akan menemani Alen di kala dirinya tidak bekerja part time.

Forever Young [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang