15. Sebuah Permintaan

16 2 0
                                    

Villan baru saja menyelesaikan urusan perkuliahannya, kini ia sedang menikmati nasi dan ayam penyet yang ia beli dengan level kepedasan di level satu. Villan bukanlah pecinta makanan pedas, ia hanya suka makan dengan rasa yang tidak membuatnya harus kehausan karena sensasi pedas seperti yang orang-orang biasa makan.

"Lan, lo tau gak perempuan yang di sana dari tadi merhatiin lo tau" ucap Kiki, sahabat Villan sejurusan yang selalu mengambil kelas yang sama dengan Villan.

Villan menoleh ke arah yang Kiki maksud, dan kembali memfokuskan tatapannya pada piring makannya.

"Lo tuh banyak yang naksir kenapa gak ada yang lo deketin sih?" tanya Kiki

"Gak tertarik" ucap Villan

"Lo.... gak tertarik sama perempuan?" mata Kiki membulat dengan nada penuh kehati-hatian.

Villan tertawa, "Ya gak gitu juga ya"

"Fuh.... syukurlah. Takut banget gue" Kiki mengelus dadanya dan kembali menyuap makanannya.

"Syukur kenapa?"

"Syukur lo gak naksir gue" Kiki tertawa dengan geraman dari Villan dan keduanya kembali tertawa.

"Tapi serius deh, gak ada gitu perempuan yang buat lo kepikiran gitu selama kuliah?" tanyanya lagi, Villan tau mungkin Kiki sahabatnya itu juga selalu memperhatikan bagaimana Villan selama ini tidak pernah merespon satu pun perempuan yang tertarik padanya.

Padahal, perempuan yang menyukai Villan pun beranekaragam, mulai dari perempuan pintar yang mendapatkan beasiswa, perempuan yang biasa dan selalu di cap sebagai mahasiswi kupu-kupu, mahasiswi populer dengan gaya sosialita yang terkenal, bahkan mahasiswi idaman yang terkenal dengan kecantikan yang natural dan budi pekerti yang baik di lingkungan kampus. Tidak ada juga yang dapat menarik perhatian Villan.

"Gue tuh nyantai aja gitu soal percintaan mah" ucap Villan

"Emang gak mau gitu punya pacar di masa kuliah? kan biar pas ngerjain tugas akhir ada yang nyemangatin" ucapan Kiki benar adanya, Villan juga merasa semakin naik semester dirinya kadang butuh yang namanya dukungan dari orang spesial. Tetapi semua itu belum terlihat jelas adanya.

Villan terkekeh, "Yaaa liat nanti aja Ki, kalo gue pacaran lo nanti sendirian dong" ledek Villan

"Yeee, gue mah mau aja pacaran cuman nasib gue gak kaya lo"

"Lo aja yang gak peka tau Ki, di kelas kita ada yang naksir juga sama lo" Kiki mulai memajukan duduknya dengan tatapan serius "Siapa?"

Villan pun menebak salah satu nama mahasiswi yang memang selalu Kiki incar sejak semester satu, perempuan itu juga selalu sekelas dan cukup baik di lingkungan. Villan hanya menebak, melihat gelagat perempuan yang ia maksud, ia yakin perempuan itu memiliki perasaan kepada sahabatnya Kiki.

"Hahaha jangan beranda ya Lan!" ucap Kiki

"Gue serius, lo coba aja deketin paling juga minggu depan jadian. Percaya deh" ucap Villan, Kiki hanya mengangguk dan keduanya kembali menghabiskan makannya.

Di sisi lain.....

"Mau makan pecel ayam gak?" tawar Aga

"Boleh" ucap Dira

Keduanya memang sudah berada di jalan, Aga mengajak Dira untuk makan di sekitaran area apartemen. Dira sendiri baru pertama kali makan di area jajaran kuliner apartemen, sebelumnya ia hanya selalu menitip kepada siapapun yang akan membeli di daerah sini tanpa langsung datang ke tempat untuk makan. Area kuliner ini menyediakan banyak jajaran makanan yang bisa dinikmati, mulai dari sate, nasi goreng, bubur, warteg, nasi padang, bakso, dimsum, nasi bebek, bahkan pecel ayam, semua komplit dengan jajanan seperti telur gulung, corndog, dan lainnya yang masih berjajar sampai ujung yang tidak Dira ketahui.

Forever Young [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang