~Santai dalam pembawaan, serius dalam tindakan. ~
❤🩺Khanza dan gengnya memutuskan untuk kuliah di tempat yang sama. Untuk Khanza, Putra, dan Kevin mengambil program studi kedokteran, sementara Nia, Anggi, Ucup, dan Jupri tetap di keperawatan.
Pagi ini mereka ramai-ramai diskusi di rumah Khanza untuk persiapan ospek.
"Jadi, gimana? Udah ada info dari kampus?"
"Iya, Za, gimana?"
"Aku belum sempat tanya ke Mas Huda, soalnya dia sibuk di rumah sakit. Pantengin aja Instagramnya."
"Berarti fiks minggu depan ospek?" tanya Ucup.
"Si Ucup eror mulu, dah. Padahal pas technicial meeting kemarin udah dijelasin," balas Jupri kelewatan kesal dengan Ucup.
"Mana gue tahu. Kan, gue tidur."
Nia yang merasa jijik melihat ekspresi Ucup pun spontan melempar bolpoinnya dan tepat mengenai kening seksi anak angkat Suho itu.
"Aduh, Ya Allah. Anarkis banget jadi cewek."
"Biarin! Siapa suruh alay."
"Udah, woi! Kita di sini itu buat bahas persiapan ospek, bukan malah liat kalian berantem." Putra angkat bicara, membuat mereka duduk dengan tegak. Anggi yang dari tadi sibuk dengan ponselnya, langsung saja ia memfokuskan diri ke Putra, begitu pun dengan yang lainnya.
"Udah, 'kan?" Tanya Putra.
Dengan polosnya, mereka mengangguk-anggukan kepala bersamaan.
"Oke. Karena kita satu fakultas, persiapan yang kita bawa sama aja. Untuk pita, gue udah beli, tinggal diukur aja. Terus name tag, link-nya salin yang dari ige BEM aja. Masih ada yang kurang jelas?"
"Jelas. Terus edisi kita sekarang ngapain?"
"Makan atau enggak ngerujak?" usul Anggi.
"Ya elah, makan mulu! Main PS aja, lha."
"Kalau makan kenyang. Lha, kalau PS?" tanya Khanza membuat Jupri menggaruk-garuk kepalanya.
"Za, ada tensi, gak? Kepala gue pusing dari tadi malam," ucap Putra sambil menyandarkan kepalanya di pundak Kevin.
"Ada. Tunggu bentar! Aku ambil dulu."
"Hai, semuanya. Maaf, lama nunggu, ya?" sapa Aulia sambil meletakan nampan besar berisi dua toples jajan dan air.
"Enggak apa-apa, Tante. Keluarin aja semua yang ada di dalam," celetuk Ucup dengan tersenyum lebar.
Dengan cepat Nia memukul lengan Ucup karena merasa malu dengan Aulia. Ucup kalau ngomong suka enggak mikir, asal bicara saja.
"Aduh! Hehe, cuman becanda, Tante," ujar Ucup.
"Ya udah, Tante tinggal ke dapur dulu, ya. Makan siang di sini aja nanti, rame-rame."
"Siap, Tante!" seru mereka.
"Lo begadang, Put?" tanya Kevin.
"Enggak."
"Yuhu, Khanza comeback! Ini, Vin, kamu yang tensi Putra, ya." Khanza menyodorkan sebuah tensi dan stetoskop ke Kevin.
"Duduk yang tegak, dong, Pak! Susah, nih," omel Kevin kepada Putra.
"Astaghfirullah, rendah banget, lho. Gimana gak pusing, orang 80 per 60," seru Kevin heboh.
"Mau sangobion atau susu hangat, Put?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...