Memasuki minggu ke-40 kehamilan, Khanza semakin sensitif, mudah lelah, marah, dan menangis. Kontraksi sudah ia rasakan sedari delapan jam yang lalu. Kini kontraksi yang ia rasakan semakin teratur. Pertama, ia merasa nyeri di bawah punggung. Ia sudah curiga, tetapi tetap santai hingga semakin menjalar ke perut bagian bawah lalu terus ke pinggang.
Huda menanggapinya dengan tenang ia menuntun Khanza untuk jalan-jalan di taman rumah sakit.
"Sabar, ya, Sayang! Mas tahu pasti nyeri banget, soalnya serviks kamu terbuka untuk persiapan keluarin dedek bayinya." Huda berusaha memberikan pengertian kepada Khanza. Jika dilihat dari kondisi Khanza saat ini, ia menduga istrinya itu masih berada di kala laten atau persiapan awal sebelum memasuki persalinan.
Biasanya fase ini berlangsung selama 8-12 jam. Di fase ini Khanza akan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tensi setiap empat jam sekali, nadi dan suhu setiap sejam sekali.
Huda kembali menuntun Khanza ke kamar rawat. Ia ikut sesak melihat ekspresi kesakitan istrinya itu.
Dokter Eva dan asistennya setiap satu jam sekali melakukan pemeriksaan panggul bertujuan mengetahui sudah seberapa lebar serviks Khanza terbuka.
Sekitar enam jam kemudian Eva pun menyatakan bahwa pembukaan serviks Khanza sudah ke-10, yang artinya sudah siap menjalani proses melahirkan. Dokter Eva memberikan intruksi untuk mengejan yang diikuti dengan baik oleh Khanza. Huda membisikkan doa dan kata motivasi tepat di telinga sang istri.
Prosesnya lumayan lama, mengingat pengalaman pertama bagi Khanza. Setelah kepala bayi menyentuh vagina, Eva meminta Khanza berhenti mendorong dan mengambil napas panjang.
Suara tangisan bayi yang memenuhui ruangan itu membuat Khanza menitikkan air mata, begitu juga dengan Huda. Ini adalah momen mereka yang paling membahagiakan.
Setelah itu Eva memberikan bayi mungil itu ke salah satu tim medis untuk diberikan kepada Huda.
Huda menerimanya dengan tangan gemetar. Ia menghadap kiblat kemudian mengumamdangkan azan di telinga bagian kanan serta ikamah di sebelah kiri. Ia melantunkan dengan suara rendah, mengingat telinga buah hatinya masih sangat sensitif.
Khanza memasuki tahap akhir dari persalinan, di mana ia harus berusaha untuk mengeluarkan plasenta. Total waktu yang dihabiskan Khanza dari kontraksi awal hingga bayinya lahir ialah kurang lebih 14 jam.
Bayi mungil itu diserahkan kepada tim medis lain untuk segera dihisap mulut dan hidungnya dengan alat khusus untuk membersihkan lendir dan cairan ketuban. Tak hanya itu, badanya juga dibersihkan dengan lembut.
Setelah tali pusar dipotong, tim medis melakukan tes APGAR guna menilai denyut jantung, pernapasan, tinus otot, maupun warna kulit dan tes tersebut sangat memuaskan di angka 9 dari angka 10.
Setengah jam kemudian, bayi itu akan ditimbang berat badannya. Setelah memastikan keadaanya baik, Eva menyerahkan bayi mungil itu pada sang ibu guna memberikan asi perdana.
"Enggak usah dibantuh, ya, Za, biar si cantik cari sendiri putingnya. Asi perdana yang dihasilkan setelah melahirkan biasanya kita sebut kolostrum, Za. Selamat, ya, Huda sudah menjadi Ayah," ucap riang Dokter Eva.
"Terima kasih, Tante. Setelah ini tindakan apa?"
"Nanti si cantik dikasih salep mata biar mencegah infeksi mata dari jalan lahir, dilanjut dengan pemberian vitamin seperti K1 maupun hepatitis B. Setelah suhu stabil, baru si cantik dimandikan. Terakhir, nanti cap telapak kaki. Oh, iya, orang tua kalian mana? Tante belum lihat dari tadi."
"Huda suruh makan. Kasihan dari pagi nunggu."
"Ya, sudah. Tante tinggal dulu. Tiga puluh menit dari sekarang nanti Tante balik lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...