~Aku tafsir cinta dan kau maknanya~
❤🩺Hari yang ditunggu pun tiba. Kedua belah pihak memutuskan untuk mengadakan akad nikah di pagi Jumat, dilanjutkan dengan resepsi di malam minggu.
Akad diadakan di masjid dekat rumah Khanza dan dihadiri oleh keluarga inti beserta para sahabat.
Acara dibuka oleh Auris selaku MC. Kini diawali dengan basmalah dan doa suapaya berlangsung dengan lancar dan diberkahi oleh Allah SWT. lalu dilanjutkan pembaca ayat suci Al-Qur'an dan khutbah nikah.
"Grogi nggak, Mas?" tanya Raisa membuat Huda menjaga jarak agar wudunya tak batal.
"Enggak, ngapain grogi. Harusnya kamu itu tanya senang apa enggak?"
"Cailah! Awas aja kalau entar salah, tahu rasa," cibir Raisa membuat Huda mendengus kesal.
Lanjut ke acara inti. Huda sudah menjabat tangan Azka untuk melangsungkan ijab, sedangkan Khanza sudah rapi dengan gaun putih dilengkapi dengan hijab senada yang terlihat simpel, tetapi sangat menawan.
Akad dilaksanakan di lantai utama masjid, sedangkan Khanza bersiap di lantai dua.
Ijab atau akad mulai diucapkan oleh Azka dengan bahasa Arab, di mana mahar yang akan diberikan Huda berupa alat salat dan uang tunai sebanyak 17 juta yang melambangkan keseluruhan rakaat inti salat wajib dan emas 99 gram sesuai dengan jumlah asmaul husna.
"Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha 'Alal Mahril Madzkuur wa Rodhiitu Bihi, Wallahu Waliyyut Taufiq," balas Huda dengan mantap dalam satu embusan napas.
Suara menggema setelah kedua saksi menyatakan "sah" dan suasana haru mulai mendominasi.
Khanza pun mulai turun menghampiri suaminya. Ia mulai turun dibantu dengan Nia, Anggi, dan Raisa dengan disambut dengan lantunan selawat.
Setalah Khanza sudah berada di samping Huda, bersamaan dengan itu pula cincin akan dipakaikan di jari Khanza sebagai tanda dimulainnya sebuah ikatan kekeluargaan atau simbol pertalian kebahagian antara suami dan istri.
Setelah itu, Khanza pun diminta untuk mencium punggung tangan Huda sebagai bentuk hormat seorang istri kepada suami. Dilanjutkan dengan Huda mencium kening Khanza. Proses ini disebut sebagai 'pembatalan wudu' karena sebelum perjanjian nikah yang dijalankan, suami dan istri diminta untuk berwudu terlebih dahulu. Dilanjutkan pembacaan doa nikah yang dipimpin oleh ustadz yang sebelumnya sudah diundang oleh Huda.
Kemudian penandatanganan dokumen pernikahan dan termasuk buku nikah. Hal ini membuktikan bahwa hubungan mereka sah di mata agama, juga sah di mata hukum sebagai suami istri, lalu serah terima mahar.
Momen paling haru ialah di nasihat pernikahan, di mana orang tua Huda maupun Khanza memberikan beberapa nesehat untuk hubungan mereka ke depannya.
Huda dan Khanza mulai menghampiri orang tua mereka untuk meminta restu. Suasana haru semakin kuat ketika MC meminta Khanza untuk mengucapkan sepatah atau dua patah kata kepada kedua orang tuanya, begitu pun dengan Huda.
Sebelum acara ditutup MC pun mempersilakan Khanza mengucapkan harapan ke depannya pada Huda.
"Terimakasih telah memilih diriku dengan segala kekuranganku. Meskipun pertemuan kita singkat, tetapi aku bersyukur karena kamu benar-benar mengajarkan makna cinta yang tulus. Bagaimanapun nanti, tetaplah bersamaku. Seandainya aku mulai menua, rambut mulai memutih, kulit keriput, tolong jangan berpaling. Ingat kembali hari-hari itu, hari di mana kamu telah berjuang untuk mendapatkan restu kedua orang tuaku. Dengan hati yang tulus atas nama Allah SWT. aku menerimamu dengan sepenuh hatiku," ucap Khanza tulus membuat Huda menitikkan air mata.
"Masyaallah so sweet banget. Huda, ada yang ingin disampaikan kepada sang istri?" tanya MC.
"Cintai hati ini karena Allah, ibarat sayyidina Ali mencintai Fatimah. Biar aku tafsirkan padamu apa itu cinta, seperti Nabi Muhammad SAW yang mencintai Aisyah. Rasakan dengan mata tertutup tentang jawaban cintaku padamu. Hatiku menjadi milikmu, begitu pun hatimu menjadi milikku. Oleh karena itu, kita harus bersama dalam doa, sampai nanti Allah menutup mata kita. Bukan karena cantik fisikmu, cinta ini tidak untuk semua orang. Atas nama Allah, aku memperjuangkan kamu di dunia dan akhirat."
Setelah Huda membalas ucapan Khanza, suasana masjid mulai ramai dengan godaan yang dilemparkan kepada pasangan bahagia itu. Mereka diminta untuk melaksanakan salat sunah nikah, dilanjutkan sesi foto hingga hampir selesai.
Acaranya pun ditutup sepanjang mereka berjalan ke luar dengan para keluarga dan sahabat sudah berjajar mengiringi langkah mereka dengan lantunan selawat yang begitu indah dan penuh makna.
Berhubung hari ini Jumat, kaum perempuan pun pulang ke rumah Khanza, sedangkan yang laki-laki tetap berada di masjid untuk salat jumat.
"Cie, yang udah jadi istri. Mau cium, peluk, atau anu dapat pahala, woi!" goda Nia membuat Khanza menatapnya malas.
"Langsung tancap gas kayaknya. Malamnya pas banget lagi," timpal Raisa yang kerap disapa Acha itu.
"Udah! Kalian ini enggak liat apa itu pipi Khanza udah semerah tomat busuk? Untung aja gak bau."
Mendengar ucapan Aulia membuat seisi ruangan itu ramai dengan gelak tawa. Mereka sedang berada di ruang keluarga, menunggu kepulangan para kaum laki-laki untuk makan siang. Gazebo rumah Khanza sudah didekorasi sedemikian rupa sebagai aula tempat makan.
••●●••
"Ih, Kevin ngambil hati ayamnya banyak banget! Padahal tahu gue suka bagian itunya," potes Ucup.
"Siapa suru lama?"
"Gue udah ngicar dari tadi! Gue yang liat duluan!"
"Tangan lebih cepat daripada mata lo, Bro!" ucap Kevin santai sambil menepuk bahu Ucup, membuat kekesalan Ucup semakin menjadi-jadi.
"Tahu, ah. Bodoamat punya teman gini amat."
"Lha, emang kita temenan?"
"Bacot lo! Nggak malu apa orang lain makannya anteng banget, malah kalian berisik? Gak berkah nanti!" Perkataan Jupri membuat mereka meringis malu. Benar saja jika yang lainnya makan dengan tenang, sedangkan mereka masih sibuk berebut makanan.
"Tumben bijak lo."
Setelah selesai makan, sebagian dari mereka pun mulai pamit untuk pulang.
Di lain sisi, Huda habis-habisan digodain dengan teman-temannya. Walaupun ia terlihat cuek, tetap saja ia akan salah tingkah sendiri.
"Pamit pulang, ya. Jangan lupa ritual ntar malam," goda Arjun membuat Huda mendengus.
"Ingat, ya, jangan sampai Khanza gak kuat berdiri waktu resepsi nanti," sambung Purna.
"Jangan lupa ngerem! Kebablasan sampai subuh nanti kalian!" timpal Rizky.
"Kebanyakan bacot kalian! Huda, gue pamit dulu. Auris udah nunggu di mobil, tuh," pamit Rasha tak mau membuat istrinya terlalu lama menunggu.
"Ya udah, hati-hati. Jangan lupa besok malam."
Setelah kepergian Rasha, Huda menatap teman-temannya satu per satu. "Kalian gak ada niat pulang?"
"Ya elah, ngusir. Emang mau proses sekarang?"
"Udah, sana pulang! Urusin pasien rumah sakit! Sebelum itu, bersihin otak kalian pakai air zam-zam!"
"Ya elah, si Huda tetep jahat aja setelah nikah," celetuk Arjun dengan berdecak.
"Kita pamit, ya. Assalamu'alaikum," ucap Purna mewakili teman-temannya.
***
See you next part ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...