44.Sefrekuensi

650 49 0
                                    

Terima kasih untuk kalian yang masih stay dengan Flamboyan ♡ Terima kasih juga untuk votenya. Aku enggak nyangka sih, aku kira peminat cerita ini enggak nyampe 5 orang tapi 3 hari terakhir ini maa syaa allah banget.

Love you Ges ♡♡

Happy Reading

❤💉

Manik mata cokelat Huda menatap Khanza tajam, matanya melirik ke arah tangan Khanza yang baru selesai di-infus. Sudah 2 minggu ini Khanza Koas di rumah sakit, jarangnya istirahat membuat ia dehidrasi belum lagi tekanan darah yang menurun drastis. Ditambah Khanza yang tak jujur membuat emosinya tersulut. "Berapa botol?" tanya Huda ambigu, Khanza yang paham langsung menjawab. Setelah konsul dengan dokter kandunganya, Khanza diberikan infuse zat besi intravena selama 4 jam, bukan hanya tensi HB-nya juga ikut rendah.

"Satu Mas, aku enggak berhenti muntah tadi malam. Karena lemas banget aku minta tolong ke kak Rima buat tensi, setelah itu aku konsul ke dokter Eva kok. Maaf enggak sempat kasih tahu, aku cuman enggak mau mas keganggu apalagi pagi ini Mas harus ngisi seminar di kampus."

Huda menyimak penjelasan istrinya, ia tak tahu harus merespon seperti apa di satu sisi ia sangat ingin memarahi Khanza, tapi di sisi lain ia juga ingin memeluk istrinya untuk memberi ketenangan. "Mas cuman ingin kamu terbuka Za, jangan kayak gini. Mas dapat kabar kamu di rawat aja dari orang lain. Gimana kalau seandainya mas enggak tahu? Kamu bakal tutupin semuanya."

"Maaf, Khanza enggak ada niat seperti itu, Mas," sesal Khanza, Huda menggenggam tangan Khanza kemudian mengelus dengan lembut bekas infuse tersebut, entah kenapa perasaanya tak menentu sekarang.

"Mas sudah nasehatin jangan ambil piket malam, tapi kamu tetap keras kepala. Bukan maksud mengekang, tapi tolonglah pertimbangkan kondisi kamu yang lagi hamil ini," lirih suara Huda membuat Khanza semakin bersalah.

"Makan apa tadi malam?" suara Huda sekarang sudah mulai melembut, ia tak mau membuat Khanza berlarut dalam kesedihan.

"Aku cuman makan bekal yang dikasih bunda habis itu sibuk sama pasien apalagi di IGD tadi malam kedatangan pasien kecelakaan."

"Yasudah kita pulang istirahat yah, besok siang kita balik lagi kan ada janji konsul ANC besok sama dokter Eva."

"Boleh, aku juga mau nonton beku, Mas," celetuk Khanza yang dibantu Huda turun dari hospital bed.

"Beku apa Sayang?, kok, aneh banget." tanya Huda tak mengerti. Khanza terkekeh kemudian menjawab "Frozen mas, pakai bahasa Indonesia biar kelihatan lokal gitu. Emang salah, ya?"

"Enggak Sayang, kamu tabrak tiang aja tiangnya yang minta maaf, kan?" sindir Huda halus, bukanya marah, Khanza malah tertawa.

"Sebelum pulang, boleh nggak Mas kita numpang sarapan di kantin rumah sakit, tapi nggak usah bayar gitu nah terus kita masak sendiri." Huda tak mengerti dengan keinginan Khanza, bukannya memang di sini setiap karyawan baik tim medis maupun bagian kebersihan selalu makan geratis yah?

"Maksudnya gimana?"

"Eh enggak jadi, deh, mas aku mau makan masakan Papa aja." Huda ketar-ketir sekarang, bukannya tak mau, tapi yang ia tahu papanya sekarang sedang mengadakan pertemuan bisnis di kantor.

"Tapi Papa sedang meeting sayang?"

"Kan bisa pulang nanti mas," jawab Khanza kelewatan santai.

"HB-nya berapa tadi?"

"Enggak rendah-rendah amat, kok, Mas, cuman 9 g/dL," jawab Khanza santai lagi membuat Huda melotot "Cuman? Itu anemia sedang, Sayang. Nanti Mas keluar beli asupan yang sehat buat kamu, stop makan sembarangan mulai sekarang."

FLAMBOYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang