18. Masih Calon

961 63 1
                                    

~Strategi terbaik adalah yang paling sederhana~
💉
❤️

Hari ini adalah hari penarikan, hari paling penting bagi mereka semua. Sejak pagi mereka dikumpulkan di aula. Jadi, kegiatan kali ini hanya pelepasan secara simbolis karena kemarin semua berkas sudah dikumpul dan dipastikan lulus semua.

Acara pun dimulai dengan sambutan dari ketua yayasan rumah sakit yang diwakili oleh Huda karena papanya berhalangan hadir. Dilanjutkan dengan pihak sekolah hingga perwakilan siswa.

Setelah acara selesai, mereka semua pun menuju kantin untuk makan bersama.

"Duduk udah hampir setengah jam, tapi makanan belum dipesen," celetuk Anggi.

"Ya Allah, sampai lupa. Ucup! Jupri! Pesen sana! Lihat, tuh, mereka pada mau habis, masa kita belom. Kalian berdua kebanyakan bacot, sih."

"Nyuruh mulu. Pesan apa?" tanya Ucup kesal.

"Nasi campur, batagor, air putih, sama jus jeruk."

"Buset, Za. Itu perut apa drum? Muat banyak."

"Ish! Lapar, tahu."

"Kalau gue bakso sama jus jeruk."

"Gue samain aja sama Anggi."

"Samain aja, deh, kecuali Khanza."

"Sip, ditunggu, ya, Bos!"

"Yoi," jawab mereka serempak.

••●●••

Minggu pagi ialah waktu yang sangat tepat untuk rebahan setelah maraton drakor semalaman. Khanza sudah merencanakan untuk menghabiskan waktunya untuk rebahan, tetapi apalah daya pagi-pagi buta Huda sudah datang bertamu.

"Eh, ada calon mantu," sapa Aulia saat mendapati suaminya yang mengobrol dengan Huda di ruang tamu.

"Mantunya aja yang disapa, Bun? Ayah enggak?"

"Pagi, Ayah Sayang! Jadi ke kondangan, nggak? Udah jam setengah delapan," ucap Aulia dengan malas, lalu dengan cepat duduk di sampingnya Huda.

"Jadi, Bun. Khanza mana?" tanya Azka

"Palingan masih tidur," jawab Aulia kemudian beranjak ke kamar anaknya.

"Gimana? Nunggu Khanza lulus atau kuliah?"

"Huda pengen secepatnya, tapi itu semua terserah Khanza. Huda gak mau egois. Lagian, Om, Khanza aja belum ngomong apa-apa. Jadi, Huda nggak mau bicara banyak," jawab Huda.

"Ayah!" teriak Aulia panik.

"Apa, sih, Bun?" sahut Azka.

"Khanza demam," jawab Aulia panik.

"Kok, bisa, Bun?"

"Ya, bisa, Yah. Orang itu anak gak tidur semalam. Begadang demi Oppa-nya. Padahal udah Bunda wanti-wanti buat tidur di bawah jam sepuluh, tapi ngeyel aja. Jadinya demam, kan. Anak sama Bapak sama aja, keras kepala, kalau dinasehati selalu ngebantah," omel Aulia.

"Huda mau lihat Khanza, boleh?" tanya Huda setelah diam menyaksikan keributan mereka.

"Eh, iya, lupa. Naik aja. Tante mau buatin bubur."

Huda dan Azka pun menuju kamar Khanza.

"Anak Ayah kenapa sakit? Jangan begadang lagi! Enggak sayang sama dirinya sendiri apa?" tanya Azka lembut sambil membelai rambut anaknya.

"Khanza demam biasa aja. Bunda aja yang lebay," ucap Khanza sambil mencari posisi nyamannya dalam pelukan ayahnya.

"Walaupun gitu, kamu juga harus jaga kesehatan. Kasihan Tante panik banget lihat kamu kayak gini. Ada tensi, nggak?" Huda membuka suara.

FLAMBOYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang