"Minum obatnya dulu sayang," bujuk Huda halus sambil menyodorkan obat demam acetaminophen dan segelas air putih. Acetaminophen atau paracetamol ini merupakan salah satu jenis obat yang aman untuk ibu hamil.
"Pahit mas," tolak Khanza, Huda sudah tak tahu harus membujuk dengan bagaimana lagi. Bagaimana tak khawarir tengah malam setelah pesta makan-makan dengan teman dan keluarga, suhu badan Khanza 38,2'C membuat ia kelabakan sendiri mengingat istrinya ini memasuki akhir trimester 1. Ia sudah mencoba berbagai cara namun demamnya tak mau turun.
"Kali ini aja Sayang, Mas enggak tega liat kamu kayak gini." Setelah itu dengan ragu-ragu Khanza mengangguk menyetujui. Huda dengan semangat membantu istrinya untuk meminum obat. "Sekarang tidur ya, tiga puluh menit lagi mas cek suhunya."
"Mas mending istirahat juga sekarang udah mau jam 3. Mas juga tadi piket siang Khanza enggak mau mas ikutan sakit," ucap Khanza lemah.
"Iya Sayang, ini Mas ikut tidur juga," jawab Huda, ia ikut merebahkan diri di samping Khanza. Melihat itu Khanza langsung protes ia takut demamnya menular ke Huda. "Mas maaf banget nih, mas bisa enggak tidur di sofa bed aja? Khanza takut demamnya menular ke Mas."
Huda tersenyum manis, bukannya menjauh ia malah semakin merapatkan diri dengan Khanz. "Demam kamu ini cuman karena pencernaan kamu yang enggak lancar beberapa hari ini jadi normal sayang bukan karena infeksi virus atau bakteri, enggak akan menular," jelas Huda membuat Khanza lega.
"Jadi mau makan yubari king melon? Biar mas beli besok atau enggak lusa?" Khanza syok mendengar tanggapan serius suaminya padahal saat itu ia hanya bercanda. "Enggak, Mas masa 300 juta buat buah, belum tentu juga nanti anak kita lahir kayak Lee min hoo." Huda mendengus kesal mendengar jawaban Khanza. "Kok mirip Lee min ho, padahal jelas-jelas di sini Mas yang kerja keras."
"Iya Mas masa itu aja di cemburuin. Pekerjaan Mas di rumah sakit bagaimana?"
"Sayang ini udah jam 3 loh, kamu butuh istirahat. Besok aja, ya, Mas ceritanya."
"Tapi matanya nakal mas, enggak mau pejam lagian besok kan bisa rebahan." Huda memilih untuk mengalah, jika diteruskan akhirnya juga dia tetap akan kalah. "Ya sudah sini mas periksa lagi suhunya."
"37,8'C istirahat sayang suhunya sudah mulai turun." Huda kembali merapikan selimut Khanza setelah meletakkan kembali termometer di tempat semula.
"Mas aku kesal tahu sama mas Arjun masa tadi ia ngatain aku gendut terus katanya kalau berat badan aku makin bertambah Mas Huda udah enggak suka lagi. Katanya dokter dan perawat di rumah sakit lebih cantik dan menggoda, aku mau diet aja kalau gitu. Aku enggak ikhlas, ya, kalau mas sampai kepincut sama yang lain." Ingatkan Huda untuk membius Arjun jika ketemu nanti, bagaimana bisa ia meracuni otak Khanza di trimester 1 ini. Apalagi ini masa-masa yang sangat sensitif.
"Arjun bohong Sayang, enggak ada diet-diet yah. Wajar berat badan kamu bertambah kan sekarang sudah ada dede bayi di sini. Enggak enggak pernah berpikir ke arah situ sayang. Mas suruh istirahat loh bukan curhat."
"Ah Mas mah enggak ngerti aku tuh enggak ngantuk, kalau mas mau tidur aja duluan."
"Mas pernah dengar katanya kalau ibu hamil sering begadang di trimester pertama tubuhnya akan mengalami kelelahan akut dan berefek kepada janin." Huda berusaha menakut-nakuti Khanza, tapi jawaban Khanza yang terkesan polos membuatnya geli sendiri. "Tapi Khanza baru kali ini begadang mas."
"Tetap aja, Sayang! apalagi kondisi kamu yang kurang sehat sekarang." Berhasil! Akhirnya Khanza mulai memejamkan matanya, Huda mengecup kening Khanza sebelum ikut terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAMBOYAN
Teen FictionTakdir yang sudah di mulai mustahil untuk menghambatnya, bahkan dengan kekuatan manusia sekalipun itu tak akan bisa. Ia berhembus seperti angin tak bisa dihentikan dan tak pasti arahnya akan kemana. Begitu pula dengan kedua tokoh utama di cerita ini...