15. Sisi yang Berbeda

902 69 1
                                    

~Tak penting bagaimana orang lain melihatmu, Karena yang lebih penting adalah bagaimana kau melihat dirimu sendiri.~
💉
❤️

"Lho, Mas Huda?" Khanza pun terkejut dengan kedatangan Huda ke ruangannya. Bukankah laki-laki itu sedang libur? Lantas mengapa ke rumah sakit?

"Mas Huda ngapain ke sini? Mau magrib juga."

"Terserah saya, dong. Kan, rumah sakit saya," jawab Huda santai.

Karena kesal, Khanza tidak bertanya lagi. Ia pun langsung masuk menuju kamar pasien.

"Selamat sore, Dok. Ada keperluan apa?" tanya Sinta kepada Huda.

"Saya mau izininin Khanza, soalnya mama saya ada keperluan sama dia."

"Oh, baik, Dok. Pasien juga cuman empat orang," sahut Anggun.

"Coba periksa ruangan lainnya. Kalau memang pasien semuanya di bawah enam, semua siswa suruh pulang aja. Oh, iya, sekedar info, besok semuanya piket pagi aja biar lebih efektif pas penyampaian materi."

"Baik, Dok."

"Ayok pergi!" ajak Huda ketika Khanza sudah menyerahkan rekam medis pasien ke Anggun.

"Ke mana, Dok?" tanya Khanza tak mengerti.

"Pulang."

"Tapi—"

Belum selesai Khanza berbicara, sudah dipotong oleh Huda. "Kasih tahu temannya untuk pulang saja. Besok semua piket pagi."

"Sultan, mah, bebas," cibir Khanza lalu mengirim pesan ke dalam grup chat-nya. Ia bergegas menuju ke ruangan kelompoknya.

Tidak lama kemudian, Ucup, Nia, dan teman kelompok Khanza berkumpul di depan ruangannya. Mereka menunggu kelompok lainnya yang memang ruangannya berdekatan dengan mereka, sedangkan Huda sudah menunggu di parkiran.

Setelah beberapa menit menunggu, mereka pun mulai berjalan menuju parkiran rumah sakit.

"Tumben banget pulang cepet," celetuk Nia yang disetujui temannya yang lain.

"Mungkin karena pasien sedikit," tambah Tina.

"Bisa jadi, sih, tapi jarang-jarang Dokter Huda baik hati. Atau jangan-jangan ...?"

"Beuh, si Rima nggak bersyukur banget. Untung-untung dikasih pulang cepet," sahut Kevin kesal dengan tingkah laku Rima yang selalu berpikir negatif.

"Yeh, kan, asal nebak," balas Rima.

"Kalau salah jatuhnya fitnah," tambah Ucup.

"Wah, gue suka gaya lo, Bro!"

"Udah, woi! Kita enggak makan dulu gitu?"

"Nah, boleh, tuh, sekalian salat di sini aja."

"Boleh juga. Kuy, ke kantin!"

"Ayok, Za!" ajak Nia.

"Eh, enggak, kalian aja. Aku langsung pulang soalnya mau ada acara," tolak Khanza halus.

"Oh. Kita berpisah. Pai, Khanza!" ujar Ucup alay.

"Pai! Pai!"

Khanza pun berjalan lurus menuju ke parkiran, sedangkan temannya yang lain belok ke kiri, menuju kantin yang memang dekat dengan musala.

"Lama banget," celetuk Huda.

"Maaf, Dok."

"Mas aja."

"Ya udah, Mas pulang dulu. Nanti Khanza pulang sama Pak Toni, mau ganti baju dulu."

"Sama saya aja, sekalian saya izin ke Tante."

FLAMBOYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang