34. Ujian Akhir Semester

681 46 0
                                    

Setelah dirawat beberapa hari di rumah, Khanza diizinkan kembali kuliah oleh Huda, mengingat Ujian Akhir Semester akan dilaksanakan.

"Za, udahan nontonnya! Mending belajar, besok kamu UAS, lho," peringat Huda kesekian kalinya.

"Aku udah belajar tadi siang, Mas. Kepala aku bisa pecah kalau belajar terus. Kamu, mah, enggak berprikeistrian! Baru juga nonton."

"Ingat, besok anatomi, lho, bahkan harapan untuk lulus hanya 15%, makanya belajar kalau enggak mau ngulang tahun depan! Mas ke ruang kerja dulu, ya."

"Ya Allah ujian banget punya suami dosen," gerutu Khanza. Dengan kasar ia menutupi laptopnya.

"Beberapa tokoh-tokoh historis di bidang anatomi fisiologi, yang pertama Hippocrates, merupakan pendiri sekolah pengobatan tertua di Yunani, yaitu sekitar 460-375 tahun sebelum masehi. Juga dikenal sebagai Bapak Pengobatan. Ia memberikan suatu dasar ilmiah di bidang praktik medis dan namanya dihubungkan dengan sumpah Hippocratic, yang menjadi pedomatic profesi kedokteran." Khanza mempelajari kembali ringkasan materi dari pertemuan pertama.

"Kedua, Aristoteles, ia adalah ahli anatomi konparatif pertama yang memahami hubungan antara struktur dan fungsi. Ia membuat klasi-klasi sistematika tentang binatang," ucap Khanza lebih lantang lagi agar suaranya terdengar sampai ruang kerja Huda.

"Pelan-pelan aja! Jangan dihafal, tapi dipahami." Huda menyembulkan kepalanya yang membuat Khanza kaget.

"Iya, Mas. Enggak ada niat kasih bocoran gitu?" balas Khanza malas.

Huda keluar kemudian berjalan ke arah Khanza. "Emang mau?" tanyanya sambil mendudukkan diri di samping Khanza.

"Ya, mau! Mana ada kucing nolak ikan."

"Ngapain?" tanya Huda tak mengerti saat Khanza langsung menyodorkan buku catatan.

"Kasih tahu, dong, Mas poin penting yang akan keluar besok."

"Males banget."

"Lha, tadi Mas yang mau ngasih bocoran."

"Oh, iya, Mas mau ngasih tahu kalau besok ada empat puluh soal esai, waktunya sembilan puluh menit."

Mendengar itu Khanza kembali cemberut. "Udah, deh, Mas, mending kamu kembali ke ruang kerja. Gak membantu sama sekali tahu, enggak?"

"Mas cuman ngasih semangat buat kamu. Ingat arti surat Al-Insyirah ayat 5, karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Bukannya tambah semangat, Khanza malah ingin menyerah sekarang. "Udah, Mas, aku mau fokus belajar. Mas balik ke ruang kerja aja!"

"Ya sudah, Mas mau ke rumah sakit sebentar. Enggak apa-apa, kan, sendiri di rumah?"

"Jam berapa pulang?"

"Mas janji pulang sebelum jam sepuluh, sekalian salat magrib di sana aja nanti."

"Iya, Mas. Tolong beliin stik kentang sama roti bakar kalau pulang, ya, Mas."

"Semangat, Sayang!"

Khanza tak menghiraukan, ia fokus pada catatan.

Setelah sejam belajar, Khanza mengistirahatkan otaknya dengan kembali menonton drakor. Belum ada semenit, ide jail muncul di otaknya. Ia mulai mencari kata sindiran untuk dosen di Googel.

Setelah menemukan yang pas, ia mengatur buku catatan dan beberapa kertas di samping laptop yang menampilkan tampilan Power Point tentang sistem kardiovaskular, alat tulis, dan beberapa catatan kecil yang sudah tak beraturan, kemudian memfotonya.

Setelah itu, Khanza beralih ke aplikasi WhatsApp, membagikan story menggunakan foto tadi, ditambah dengan caption.

"Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan umatnya, tapi ... dosen selalu memberikan cobaan melebihi batas kemampuan mahasiswanya."

FLAMBOYAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang